Pada hari Senin (19/12/2016), seorang pejabat Pentagon membela Program Jet Tempur F-35 buatan Lockheed Martin, atas komentar dari Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump yang telah mengkritik masalah membengkaknya anggaran dan penundaan yang terjadi dalam pengembangan pesawat.
Beberapa waktu lalu, Donald Trump mengirim tweet yang berisi bahwa biaya program F-35 telah “diluar kendali”, ia juga menambahkan bahwa “milyaran dolar dapat dan akan disimpan untuk pembelian peralatan militer (dan lainnya) setelah tanggal 20 [hari pelantikan presiden]”.
Setelah serangan Trump melalui media, saham Lockheed Martin anjlok, sehingga mengalami devaluasi sebesar US $ 4 milyar. Sebagai tanggapan, Kepala Program F-35 Lockheed Martin, Jeff Babione mengatakan bahwa perusahaan sedang membuat langkah untuk menjadikan biaya F-35 tidak mahal.
“Dari awal, kami telah menginvestasikan ratusan juta dolar untuk mengurangi harga pesawat sekitar 70 persen sejak penetapan biaya aslinya, dan kami memproyeksikan harga itu menjadi sekitar 85 juta dolar di 2019 atau 2020”, katanya.
Letnan Jenderal Chris Bogdan, seorang eksekutif dari program F-35 untuk Pentagon, mengakui pernyataan Presiden tersebut, mengatakan kepada wartawan “Ada persepsi bahwa program ini berada diluar kendali… Jadi, bila diberi kesempatan, saya ingin untuk mencoba dan menjelaskan kepada pemerintahan yang baru bahwa ini adalah program yang sangat berbeda dari 2011”.
Bogdan menyebutkan bahwa Trump membuat komentar atas kepedulian pada Departemen Pertahanan agar mendapat manfaat lebih dari dolar yang mereka keluarkan. Pejabat Pentagon tersebut mengatakan, “Saya salut kepada pemerintahan baru untuk itu, karena itulah yang kita perjuangkan selama ini”.
Dalam sebuah wawancara, mantan anggota tim desain jet tempur F-16, Pierre Sprey bertepuk tangan kepada Trump karena berbicara tentang masalah program F-35, menyebut bahwa jet tempur F-35 adalah sebuah “pesawat putus asa yang tidak efektif”.
Sprey menyatakan keraguan bila Trump bisa berhasil memotong program tersebut, namun pastinya akan memberi keuntungan subkontraktor di seluruh Amerika Serikat. Menurut Sprey, “Pembelian F-35 merupakan program pengadaan militer terbesar di dunia yang pernah ada jauh melebihi pengembangan bom atom, maupun pengembangan rudal antarbenua yang tidak pernah menelan biaya sebanyak itu”.