Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ternyata masih memiliki kekuatan. Tak tanggung-tanggung, 2 anggota TNI menjadi korban saat kontak tembak dengan kelompok itu.
Baku tembak antara pasukan Nanggala 8 Satuan Tugas (Satgas) Tinombala 2016 dan kelompok sipil bersenjata pimpinan Ali Kalora terjadi di wilayah Pegunungan Matangi, Dusun Sipatuo, Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (20/12/2016).
Dalam kontak senjata, yang terjadi pada pukul 11.48 Wita. Dua anggota TNI, yakni Pratu Yusuf Baharuddin dan Pratu Imam Hanafi, terkena peluru yang dimuntahkan dari senjata kelompok MIT. Pratu Yusuf Baharuddin gugur akibat dadanya tertembus peluru, sedangkan Pratu Imam Hanafi peluru bersarang di punggungnya.
Lokasi baku tembak berada di sektor 2 wilayah sungai yang berjarak sekitar 6 kilometer dari perkampungan warga. Baku tembak bermula saat pasukan Naggala Satgas mendapatkan jejak langkah manusia di pinggiran Sungai Matangi. Jejak langkah yang dicurigai sebagai milik kelompok sipil bersenjata tersebut kemudian ditelusuri hingga masuk menembus ke dalam hutan.
”Saat menelusuri jejak langkah kaki itulah pasukan Nanggala 8 ditembaki. Maka, terjadilah kontak tembak,” ungkap sumber kepada wartawan.
Rekan-rekan kedua korban pun melakukan pertolongan pertama kepada Yusuf dan Imam. Evakuasi korban sempat dicoba dengan menggunakan helikopter. Namun, karena cuaca buruk, heli gagal mendarat di lokasi yang lebih dulu disterilkan tim Bravo 9.
Kedua korban pun akhirnya dievakuasi melalui jalur darat yang memakan waktu cukup lama karena medan yang berat. Pratu Yusuf akhirnya meninggal dalam perjalanan. Sementara itu, Pratu Hanafi bisa diselamatkan dan menjalani perawatan di RSUD Poso.
Berdasar pantauan di lapangan, sebuah helikopter milik TNI yang diperbantukan dalam operasi Tinombala sudah stand by di lapangan sepak bola Dusun Sipatuo. Seorang anggota TNI menyebutkan, helikopter berada di Dusun Sipatuo untuk mengangkut korban luka tembak, yakni Pratu Yusuf.
Dari sumber informasi tersebut juga diperoleh keterangan bahwa keberadaan kelompok sipil bersenjata yang menjadi DPO kasus terorisme itu diendus di wilayah Pegunungan Matangi sejak tiga hari terakhir. ”Jejaknya sudah dicium sekitar tiga hari lalu. Namun, mereka (DPO, Red) baru ditemukan hari ini (kemarin, Red),” ujar sumber tersebut.
Sementara itu, Juru Bicara Satgas Operasi Tinombala AKBP Hari Suprapto membenarkan adanya kontak tembak tersebut. ”Pengejaran terhadap para pelaku terus dilakukan anggota Satgas Tinombala,” terangnya.
Kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, ungkap Hari, membuat evakuasi yang semula direncanakan melalui udara batal. Evakuasi dilakukan lewat jalur darat dengan menggunakan sepeda motor hingga ke perkampungan yang bisa dilalui kendaraan roda empat.
sumber : jawapos.com