BAGHDAD – Pada hari Kamis, terjadi pemboman mematikan di timur Mosul, yang diklaim oleh ISIS, dilakukan menggunakan celah keamanan kekuatan militer sebagai tindakan gagal untuk meneliti pemakaman palsu yang diselenggarakan oleh kelompok militan, kata Komisi Tinggi HAM Irak, Jumat (23/12/2016).
Serangan di wilayah Kokjali, yang dinyatakan bebas ISIS dua bulan yang lalu, dilaporkan dilakukan menggunakan tiga kendaraan yang dipasangi bom oleh pembom bunuh diri ISIS. Mereka mengakibatkan setidaknya 30 tewas, termasuk tentara, dan 60 lainnya terluka, menurut sumber-sumber keamanan yang dikutip oleh media.
Tapi bagaimana pelaku bom bunuh diri berhasil masuk ke daerah tersebut tidak jelas sampai komisi HAM memberi laporannya.
“Ini adalah kegagalan grup pasukan tentara untuk menggeledah pemakaman palsu dari wilayah tetangga”, kata komisi HAM itu dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa peserta yang menghadiri prosesi pemakaman palsu tersebut akan menuju tempat pemakaman lokal di Kokjali.
Setelah berhasil menipu petugas, militan lalu melaju kendaraan mereka dan meledakkannya di sebuah pasar terkenal, tambah komisi HAM.
Perlunya kewaspadaan di antara pasukan keamanan untuk menggagalkan plot ISIS terhadap warga sipil yang kembali ke daerah yang telah dibebaskan dari ISIS.
Pasukan pemerintah Irak, yang didukung oleh al-Hashd al-Shaabi dan angkatan udara pimpinan AS, meluncurkan kampanye militer besar-besaran pada pertengahan Oktober 2016 untuk merebut kembali Mosul: benteng besar terakhir ISIS di Irak. Sementara pasukan pemerintah bertempur di pantai timur Sungai Tigris, merebut kembali beberapa daerah di sekitar pusat kota sejak saat itu, al-Hashd al-Shaabi telah memerangi kelompok ISIS di wilayah barat, mengaku telah mengisolasi tempat persembunyian ISIS baik dari Suriah maupun Irak.
Seperti diakui media militer, kemajuan dalam pertempuran di bagian timur melambat selama seminggu terakhir. Karena kondisi cuaca buruk dan kepadatan wilayah yang ditargetkan.
ISIS telah menargetkan daerah itu sebagai tempat kekalahan pasukan Irak, yang menyebabkan kematian warga sipil dan bahkan penarikan pasukan Irak dalam beberapa kasus, menurut organisasi HAM dan laporan berita.
Sumber: IraqiNews