Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Kapal Selam TNI Masa Depan. Edisi 1: Mampukah Kilo ?

Kapal Selam Kilo (Sputniknews.com / Vitaliy Ankov)
Kapal Selam TNI Masa Depan. Edisi 1: Mampukah Kilo ? 1

Kapal selam merupakan alutsista yang sangat diharapkan negara yang memiliki lautan. Kesenyapan operasi bawah air yang sulit terdeteksi serta kemampuan menyerang target bawah air, permukaan maupun daratan memberikan efek gentar bagi lawan. Namun keterbatasannya menyelam karena kebutuhan akan oksigen dan pengisian baterai elektrik mengakibatkan kapal selam secara periodik harus muncul kepermukaan. Penambahan fitur AIP menambah waktu operasi bawah air bagi kapal selam. Pilihan menggunakan tenaga nuklir memberikan waktu operasi lebih lama bagi kapal selam tanpa pengisian ulang bahan bakar.

Kehebatan kapal selam, selain ditunjukkan oleh lamanya kemampuan operasi bawah air dan kesenyapan, juga ditunjang oleh persenjataan yang dibawa, kemampuan radar pendeteksi dan pengarah persenjataan dan yang terbaru adalah fitur siluman. Sistem elektronik yang secara otomatis melakukan serangan balik ataupun pengacau torpedo lawan, memberikan fitur pertahanan diri bagi kapal selam modern.

Pilihan Australia untuk menggelontorkan dana 50 milyar USD untuk memesan 12 kapal selam Shortfin Baracuda dari DCNS Perancis cukup mengejutkan. Mengingat, itu adalah tawaran termahal dibanding tawaran dari negara lain (Soryu Class, Jepang dan U-216, Jerman). Apalagi DCNS belum membangun satupun kapal selam tersebut alias masih dalam konsep, tanpa AIP dan baru tersedia bagi AL Australia pada tahun 2030. Pilihan tersebut bukan tanpa alasan. Selain TOT serta pembangunan dilakukan di Australia, kemampuan Shortfin Baracuda diubah menjadi kapal selam bertenaga nuklir adalah kelebihannya. Hal ini wajar mengingat China dan India sudah memiliki kapal selam bertenaga nuklir.

Pernyataan Menhan untuk menambah kapal selam, menarik untuk dicermati. Perjanjian nonproliferasi nuklir dan “paranoid nuklir” disatu sisi, membatasi pilihan akuisisi pada kapal selam diesel elektrik. Salah satu yang sering disebut, adalah Kilo Class. Pertanyannya, mampukah Kilo Class menghadapi dinamika dikawasan ?

1. Improved Kilo/ Lada Class/Project 677 (Admiralty Shipyard, Rusia)

Kapal selam Improved Kilo pertama kali diluncurkan Oktober 2004 dan dioperasikan oleh Angkatan Laut Rusia pada tahun 2010. Lada Class merupakan pengembangan dari Kilo Class yang lebih senyap, lebih bertenaga dan sistem pertempuran yang lebih mutakhir. Kapal selam generasi keempat ini didesain untuk pertempuran anti kapal selam (ASW), peperangan anti kapal permukaan (ASuW), perlindungan pangkalan angkatan laut, pengintaian dan patroli. Versi eksport dari Lada Class disebut Project 1650 Amur Class.

Memiliki panjang 66,8 m, diameter 7,1 m dan tinggi 8,2m. Dengan bobot sekitar 1.800 ton (bobot saat menyelam 2.700 ton), menggunakan 2 mesin diesel (28DG DC Kolomna Plant and JSC 1.000 kW) dan 2 AIP ( total kapasitas 10.580 kW/h) hydrogen-oxygen fuel cell yang lebih senyap, mampu berlayar hingga 10 knot dipermukaan dan 21 knot di dalam air. Pengembangannya, baterei AIP diganti lithium. Lada Class bisa menyelam hingga kedalaman 300 m dan mampu menyelam 15-45 hari. Dengan kecepatan 3 knot mampu menempuh jarak 16,000 miles. Untuk pengoperasiannya membutuhkan 35 awak. Badan kapal dilapisi anti sonar baru untuk menghasilkan jejak suara yang lebih senyap.

Sistem kontrol tempur menggunakan Litiy Automated Combat Control System yang menintegrasikan semua sistem dalam kapal selam. Menggunakan sistem radar dan sonar modern Lira dengan antena quasi-conformal yang dapat mendeteksi suara rendah target dari jarak jauh. Sistem radar dilengkapi dengan antenna aktif dan pasif yang mampu mengumpulkan data di permukaan, deteksi dan klasifikasi target dan data IFF.

Lada Class dipersenjatai dengan rudal jelajah Club S yang dapat diluncurkan dari tabung torpedo standart. Club S, mampu mentarget daratan maupun kapal perang hiingga jarak 300 km membawa peledak 400 kg. Memiliki 6 tabung torpedo 533 mm mampu meluncurkan lebih dari 18 terpedo (6 di tabung dan 12 di rak penyimpanan) anti kapal selam maupun anti kapal perang (tipe SAET-60M, UGST, USET 80K, Squall dan Club S) atau 22 terpedo DM-1.

2. Shortfin Baracuda (DCNS, Perancis).

Shortfin Baracuda merupakan versi yang lebih kecil dari kapal selam nuklir Barracuda milik Perancis. Konsep yang dibuat berdasarkan keinginan AL Australia untuk menggantikan kapal selam Collins Class. Dirancang untuk seperioritas hingga 2060, bertenaga disel elektrik dan mampu dioperasikan jarak jauh. Diklaim sebagai kapal selam diesel elektrik termodern.

Memiliki panjang lebih dari 90 m, berat dipermukaan 4.500 ton dan saat menyelam 5.000 ton. Menggunakan diesel 6 x MTU 12V 4000 menghasilkan listrik 7 MW (9,400 hp) dan baterei Lithium-ion produksi SAFT menghasilkan kecepatan lebih dari 20 kn saat menyelam. Ditambah dengan system propulsi pumpjet yang dikombinasikan dengan rotor dan stator menghasilkan suara yang lebih senyap dan menghilangkan kavitasi.

Membutuhkan 60 crew dan mampu mengangkut 16 personel tambahan. Dengan kecepatan 10 kn mampu menyelam hingga 90 hari. Diameter 8,8 m, tinggi keseluruhan 15,5 m. Mampu menyelam hingga kedalaman 300 m. Peredam akustik menggunakan pelapis karet/elastis. Fitur siluman diperoleh dengan menambahkan lapisan Anechoic untuk meredam dan menyerap gelombang suara.

Dilengkapi dengan drone bawah air (Unmaned Underwater Vehicle, UUVs), drone udara (Unmaned Aerial Vehicle, UAVs) dan pengecoh bawah air untuk melawan terpedo. Persenjataan 4×533 mm tabung peluncur untuk rudal balistik Tomahawk dan rudal anti kapal Harpoon, torpedo Mark 48 (total kapasitas 30 rudal). Sensor menggunakan sistem sonar buatan Thales. Sistem pertempuran menggunakan AN/BYG-1 terbaru yang menggabungkan sensor, data base dan persenjataan.

Dengan demikian, mampukah Improved Kilo mengimbangi mengimbangi Shortfin Barracuda ?. Adakah alternatif lain ?. Mari kita diskusikan….

Penulis : Pak Dhe

Dikutip dari berbagai sumber.

Share:

Penulis: