TNI Angkatan Laut menggelar latihan pra tugas pengamanan di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia dan perbatasan Indonesia-Philipina. Latihan ini digelar sekaligus memantapkan kesiapan prajurit menjaga dan mengamankan kawasan perbatasan laut Indonesia.
Latihan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Laut (Satgas Pamtas Laut) Koarmatim 2017 dilakukan dengan iring-iringan kapal perang membentuk formasi pengamanan laut diperbatasan Indonesia–Malaysia dan Indonesia– Philipina. Kapal perang ini mengangkut satu pleton Marinir dan dua tim Kopaska Koarmatim.
Konvoi armada kapal perang di lautan ini merupakan bentuk formasi pertahanan untuk menangkal terhadap adanya ancaman melalui udara yang masuk ke dalam wilayah NKRI dan terdeteksi oleh radar KRI.
Menurut Panglima Armada Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Darwanto, latihan pra tugas ini digelar sejak tanggal 9 Januari hingga 21 Januari 2017, untuk menguji kemampuan prajurit sebelum melaksanakan tugas pengamanan perbatasan Indonesia-Malaysia serta wilayah perbatasan Indonesia-Philipina.
Latihan ini diikuti oleh sejumlah armada kapal perang yang berada di bawah Komando Armada RI Kawasan Timur yakni KRI Ahmad Yani, KRI Fatahillah, KRI Hiu, KRI Ajak, KRI Tongkol, KRI Sura, Kapal Selam KRI Nanggala-402, Helly bolcow 105 dan Pesawat Cassa milik TNI Angkatan Laut.
Tak hanya latihan formasi pengamanan, sejumlah latihan taktis pengamanan seperti peran tempur bahaya udara, penyelamatan oleh tim kesehatan, penembakan hingga pemeriksaan kapal asing yang menangkap ikan ilegal disimulasikan dalam latihan tersebut.
“Latihan ini sangat penting bagi Prajurit TNI khususnya Angkatan Laut untuk mengetahui daerah operasi, karena negara kita secara kewilayahan memiliki Arlindo yaitu arus laut kepulauan Indonesia sebagai tempat lewatnya berbagai jenis ikan yang kerap menjadi sasaran dari ilegal fishing negara lain,” papar anglima Armada Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Darwanto, kepada Jakarta greater Senin (23-01-2017).
Lebih jauh, Pangarmatim menambahkan latihan ini juga ditujukan sebagai metode menguji kemampuan prajurit TNI AL dari seluruh tugas pelaksanaan operasi. Selain itu dari latihan ini diharapkan dapat menguji kemampuan teknis dari anggota dalam mengatasi persoalan di atas kapal.
“Latihan ini sekaligus menguji kemampuan teknis personil, jika kapal kita mengalami gangguan atau kerusakan. Sehingga diharapkan dalam melaksanakan tugas sesungguhnya dalam menghadapai segala kemungkinan menjadi lebih optimal,” ujarnya.
Dengan latihan ini diharapkan prajurit lebih siap menghadapi kondisi perbatasan yang semakin kompleks serta menguji kemampuan perlengkapan tempur yang saat ini dimiliki oleh TNI Angkatan Laut.
Panglima berpesan, dengan melalui latihan ini prajurit dimungkinkan akan menjumpai banyak kendala dan persoalan yang selanjutnya dapat dipecahkan, sehingga ke depan tidak ada lagi persoalan yang tidak bisa diatasi.