MOSKOW – “India dan Rusia memulai negosiasi akhir dari 5 unit tembak sistem pertahanan udara S-400 bulan depan”, menurut harian The Economic Times yang berbasis di Mumbai pada hari Selasa (21/02/2017).
Jika ditandatangani pada tahun ini, maka pengiriman sistem pertahanan udara dari kontrak senilai US $ 5,8 milyar bisa mulai pada 2019-2020.
Untuk mempercepat pembelian, New Delhi mungkin mengorbankan “klausul offset”, yang mana diperlukan untuk program “Make in India” yang mengharuskan perusahaan asing untuk berinvestasi setidaknya 30 persen dari nilai kontrak di sektor kedirgantaraan dan pertahanan India, menurut media lokal di India.
Viktor Kladov, direktur kerjasama internasional di Rostec, perusahaan milik negara Rusia yang mengontrol penjualan sistem S-400 mengatakan kepada media bahwa permintaan offset dari India dapat menunda pengiriman hingga dua tahun.
“Sejauh yang saya dengar, tidak ada paket offset untuk program ini. Ini adalah proyek strategis dan sangat penting bagi kedua negara”, menurut kutipan media. “Paket offset tidak akan diperoleh”.
Namun demikian ia mengatakan bahwa Rusia akan mematuhi jika India bersikeras untuk mendapatkan paket offset. Tapi, “permintaan ini mungkin akan menunda pengiriman dalam satu-dua tahun dan itulah sebabnya kesepakatan tanpa paket offset adalah pilihan terbaik”.
Kladov juga mengomentari persyaratan pengiriman kontrak, memperkirakan bahwa penandatanganan kesepakatan itu akan memakan waktu setahun dan itu akan membutuhkan dua tahun untuk pengiriman.
“India mengundang kami untuk negosiasi pada bulan Maret 2017. Jadi, jika kita memulai negosiasi pada bulan Maret, itu akan butuh setahun lagi untuk mempersiapkan kontrak. Saya berharap kesepakatan itu akan terjadi tahun ini atau mungkin semester pertama tahun depan”, katanya.
Mengomentari kesepakatan mendatang, pakar militer Rusia, Kolonel (Purn) Viktor Litovkin menjelaskan kepada Sputnik mengapa banyak negara begitu bersemangat untuk membeli sistem canggih (state-of-the-art) dari Rusia dan mengapa sistem tersebut unggul atas sistem pertahanan udara buatan Amerika Serikat (AS).
“Ini benar-benar sistem state-of-the-art dari industri pertahanan Rusia. Sistem ini sangat efisien dan berteknologi tinggi, sistem canggih”, katanya kepada Sputnik.
Tidak ada negara lain di dunia memiliki sistem seperti itu, katanya. Bahkan Amerika, yang mengiklankan persenjataan mereka di seluruh dunia, serta mendorong negara-negara lain untuk membeli sistem mereka.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sistem pertahanan udara yang paling efisien buatan AS yaitu Patriot PAC-3 belum bisa menandingi S-300 Rusia, apalagi dengan S-400.
Ia menjelaskan bahwa peluru kendali (rudal) Patriot PAC-3 diluncurkan dari bidang miring sementara rudal S-400 diluncurkan secara vertikal dan setelah itu baru berbelok arah menuju target yang mendekat.
Gambar di atas adalah rudal Patriot PAC-3 milik Pasukan Bela Diri Jepang yang dikerahkan untuk menangkal peluncuran rudal Korea Utara, rudal tersebut ditempatkan di depan kantor Kementerian Pertahanan Jepang yang ada di Tokyo, Foto tersebut diambil pada hari Minggu, 31 Januari 2016. (© Shizuo Kambayashi)
Karena rudal Patriot harus diarahkan kepada rudal atau target, maka salah satu sistem buatan Rusia tersebut bisa menjaga wilayah dari serangan yang berasal dari segala arah, sementara sistem pertahanan rudal buatan AS setidaknya membutuhkan empat peluncur.
Selain itu, sistem S-400 Rusia tidak seperti sistem buatan AS, sistem buatan Rusia mampu menembak jatuh setiap benda terbang, kapal pesiar dan rudal balistik, jet tempur, pesawat pembom dan pesawat serangan, hampir semua objek yang bisa terbang terancam oleh sistem rudal S-400.
Litovkin juga mencatat bahwa Rusia berencana untuk memasok sistem S-400 tersebut hanya untuk India dan China, meskipun ada begitu banyak negara yang menginginkan sistem tersebut.
“Kami telah membuat pengiriman pertama ke China. Tapi kami hanya akan menjual sistem tersebut setelah selesainya program akuisisi oleh Rusia dan Angkatan Bersenjata kami. Setelah itu baru kami dapan menyediakan sistem tersebut ke China”, katanya.
Pakar militer tersebut mengatakan bahwa di antara negara-negara yang ingin mendapatkan sistem pertahanan rudal S-400 Rusia adalah Turki, Aljazair dan banyak negara di Timur Tengah.
Sputnik News