Pada hari Jumat (244/02/2017), China menghentikan tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk mempertimbangkan kembali hubungan dengan Korea Utara, menunjukkan bahwa Washington sedang kalut atas masalah dengan Pyongyang.
Dalam sebuah wawancara hari Kamis, Trump menyatakan keprihatinan atas pengembangan lanjutan rudal balistik Korea Utara dan militerisasi wilayah Laut China Selatan oleh Beijing. “Saya tahu persis apa yang terjadi antara China dan Korea Utara begitu juga yang lain. Aku tidak menyukainya”, kata Trump.
Mengklaim bahwa Beijing bisa melakukan intervensi kepada Korea Utara, “sangat mudah bagi China jika mereka mau”, kata Trump yang menginginkan agar China mau mempengaruhi Pyongyang untuk mengendalikan kegiatan militer, terutama yang melibatkan senjata nuklir.
Beijing telah secara terbuka menyerukan denuklirisasi Pyongyang di masa lalu, dan telah mendesak bangsa yang terisolasi tersebut untuk kembali ke meja perundingan, guna memastikan keamanan global.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang merespons ucapan Trump pada sebuah konferensi pers, “Kami telah mengatakan berulang kali bahwa inti dari masalah nuklir Korea Utara adalah urusan Amerika Serikat dan Korea Utara… Kami berharap agar pihak-pihak terkait dapat saling bertanggungjawab, memainkan peran seperti seharusnya dan bersama-sama dengan China memainkan peran yang konstruktif bagi perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea serta untuk denuklirisasi”.
Geng juga mengatakan kepada Xinhua bahwa AS terlalu berharap pada pengaruh China atas Korea Utara. “Gedung Putih perlu mengambil langkah awal dan berbicara dengan Pyongyang. Amerika Serikat tidak akan kehilangan apapun untuk mencoba hal tersebut”, katanya.
Atas perkembangan ini Geng menyatakan bahwa hubungan antara China dan Korea Utara masih utuh. “Kami bersedia untuk bekerjasama dengan Korea Utara guna mempromosikan perkembangan hubungan yang stabil dan sehat”, katanya.
Sputnik News