Ada pepatah mengatakan, menunggu itu menjemukan. Pepatah ini benar adanya tapi tidak mutlak. Pepatah ini tidak berlaku bila yang ditunggu adalah idaman hati. Sampai kapan pun akan ditunggu. Seiring dengan berjalannya waktu dan pemerintahan pun telah berganti, sejak wacana pembelian Sukhoi SU-35 digulirkan, keinginan Indonesian Military Fans terhadap jet tempur Sukhoi SU-35 tidak pernah pudar.
Polling yang sama sebenarnya pernah digulirkan sekitar satu tahun lalu. Polling pun dilakukan ulang saat ini. Hasilnya, 4000 lebih Indonesian Military Fans menginginkan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger II adalah Sukhoi Su-35. Dari 5160 suara yang masuk, 84 %, atau sebanyak 4328 menjatuhkan pilihannya terhadap pesawat generasi 4,5 Sukhoi Su-35.
Pesawat ini memang cantik. Lihat saja postur pesawat ini, seperti elang atau ular kobra yang siap mematuk.
Tetangga Indonesia Australia sebentar lagi akan menggunakan pesawat generasi kelima F-35. Singapura juga memiliki rencana yang sama.
Berbicara soal potensi ancaman, China adalah yang paling potensial, seiring dengan menguatnya cengkeraman mereka di wilayah Laut China Selatan, yang juga diklaim oleh sejumlah negara. China memiliki segalanya, jet tempur generasi kelima J-20 dan J-31 yang terus dalam pengembangan. Mereka juga memiliki Su-35 yang baru dibeli dari Rusia.
Tidak heran pesawat tempur Su-35 bisa saja dianggap para Indonesian Military Fans, sebagai alutsista yang cukup sebanding, untuk menghadapi ancaman 5 hingga 10 tahun ke depan.
Peringkat kedua para voters jatuh ke pesawat tempur bersayap delta Gripen NG. Namun jika dibandingkan jumlah suara yang diperoleh, jauh tertinggal, hanya mendulang suara 8 %, atau 422 Vote.
Tempat ketiga dipegang oleh Jet Tempur Tejas dengan perolehan suara 3%, atau 145 Vote.
Jet tempur lainnya terpuruk yakni : Eurofighter Typhoon (2%, 101 Votes), Rafale (2%, 98 Votes) dan yang paling bontot F-16 Viper (1%, 76 Votes).
Mengapa kepopuleran Gripen NG dan Tejas bisa melibas pesawat tempur Typhoon, Rafale, dan F-16 Viper. Saya menduga pemilih menaruh harapan Indonesia mendapatkan Transfer of Technology dari Gripen NG dan Tejas. Inilah alasan yang masuk akal bagi saya, mengapa Gripen NG dan Tejas lebih favorit dibandingkan Typhoon, Rafale, dan F-16 Viper yang telah harum namanya.
Kembali ke soal menunggu. Apakah jet tempur Sukhoi Su-35 akan datang ?. Saya tidak akan menjawab karena, bukan pengambil kebijakan. Namun coba kita kumpulkan beberapa informasi terakhir.
Harian terkemuka Rusia, Tass.com, mengatakan Kontrak untuk pengiriman jet tempur Rusia Su-35 untuk Indonesia akan segera ditandatangani. “I believe it will be signed in the coming months,” ujar Director for International Cooperation and Regional Policy of Russia’s state hi-tech corporation, Rostec Viktor Kladov, 17 Februari 2017. Namun pernyataan ini belum ada tanggapan dari Indonesia. Dengan demikian tingkat keakuratannya baru 50 persen, bahwa pembelian Su-35 akan dilakukan pada bulan mendatang.
Kalau dalam beberapa bulan mendatang tidak juga ada kabar pembelian Su-35, tampaknya kita harus mulai mengalihkan pikiran, bahwa pemerintah sedang membidik pembelian pesawat tempur yang mau berbagi teknologi, dibandingkan pesawat yang hanya sekedar memiliki kualitas tinggi seperti Su-35, tapi tidak ada alih teknologi pesawat.
Opsi ini secara logika sangat mungkin karena Indonesia sedang terlibat dengan Korea Selatan dalam pembangunan pesawat tempur IFX/KFX. Kedua negara membangun pesawat ini dari nol. Tidak ada pesawat yang dijadikan contoh atau rujukan, melainkan membangun dari dasar. Tentu membangun dengan model seperti ini lebih rumit, namun sebanding dengan hasil yang diperoleh, terkait penguasaan teknologi.
Korea Selatan beberapa kali menyatakan, mereka belum mendapatkan beberapa teknologi kunci untuk KFX/IFX dan Korea Selatan akan terus mempelajarinya. Ada juga rumors yang mengatakan, tidak semua teknologi AS yang diberikan ke Korea Selatan, dengan serta merta diberikan juga kepada Indonesia. Nah, persoalan ini tampaknya, bisa dipakai alat bargaining oleh Indonesia, kepada negara yang akan menjual pesawat tempurnya untuk menggantikan F5 Tiger. “Saya butuh teknologi ini dan itu. Jika Anda berikan, pesawat Anda akan kami beli”, kira-kira begitulah pemikiran saya.
Korea Selatan sebenarnya melakukan hal itu untuk mendapatkan sejumlah teknologi pesawat KFX.
Situs Flightglobal.com mengatakan Korea Selatan memesan 40 jet tempur F-35 JSX dari Lockheed Martin dengan imbalan menerima sejumlah teknologi untuk membangun program pesawat dalam negeri KFX.
In return for obtaining 40 Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighters, South Korea will receive technologies related to its long-planned KFX indigenous fighter programme.
Nah sekarang tinggal kita tunggu, apakah beberapa bulan ke depan akan ada kabar penandatanganan pembelian Su-35. Jika tidak juga terdengar, bersiap-siaplah dengan kemungkinan, Gripen NG atau Tejas menjadi pilihan.
Membangun pesawat Gripen NG dan Tejas jauh lebih mudah dari pada membangun KFX/IFX. Gripen NG dan Tejas telah ada wujud fisiknya, tinggal ditiru, kembangkan dan modifikasi. Sementara KFX/IFX, belum ada barangnya. Masih ditataran ide yang harus diwujudkan ke dalam realita.
Pengalaman membangun pesawat tempur dari nol, mungkin kita bisa bercermin ke negara Jepang dengan proyek jet tempur generasi kelima, Mitsubishi X-2 Shinshin. Jepang dengan kemampuan teknologi yang demikian tinggi, tetap kelihatan letih dalam membuat pesawat X-2. Perkembangan terbaru dari pesawat ini, barulah bisa terbang dan belum berbicara kemampuan manuver. X-2 hanyalah prototype dari jet tempur Gen 5 Jepang. Jika teknologi yang ditemukan dirasa sudah dikuasai, barulah akan dibangun pesawat Gen 5 yang sesungguhnya, dengan bentuk yang lebih besar dan lebih kompleks.
Pola pengadaan pesawat tempur masa depan Korea Selatan sudah jelas. Memesan 40 pesawat F-35 JSX dengan imbalan mendapatkan sejumlah teknologi untuk pesawat KFX.
Kalau ditarik ke Indonesia, dimana letak, hubungan antara rencana pembelian Su-35 dengan pembangunan jet tempur KFX/IFX ?. Saya tidak melihatnya. Apakah pemerintahan yang baru juga berpikir demikian, sehingga melakukan pengkajian ulang ?.
Sekarang mari kita lihat history menguasaan teknologi alutsista Indonesia. Indonesia membeli kapal selam Changbogo yang kemudian mendapatkan transfer teknologi dengan membangun kapal selam itu di Indonesia. Indonesia membeli light frigat Sigma dengan imbalan mendapatkan transfer teknologi kapal itu dan membangunnya di Indonesia. Demikian pula denga kisah LPD Makassar Class dengan Korea Selatan dan kini Indonesia telah mampu menjualnya ke Filipina dan Malaysia. Polanya terlihat jelas. Sementara pattern ini tidak tercermin di dalam rencana pembuatan IFX/KFX.
Menarik untuk menunggu keputusan pemerintah tentang pengganti pesawat F-5 Tiger TNI AU. Dari situ akan tercermin, bagaimana road map dan nasib pembangunan pesawat tempur Indonesia.
Ini hanyalah opini pribadi dan Anda juga tentunya memiliki pendapat tentang tersendatnya pengadaan jet tempur Sukhoi Su-35. Silakan disampaikan.
Terima kasih untuk rekan rekan Warjag (Warung Jakartagreater) yang telah ikut memberikan suara dalam polling pesawat pengganti F-5 Indonesia. Terkumpul 5211 suara. You Rock …