Kendaraan tempur lapis baja masa depan Rusia yang berbasis pada casis Armata akan dilengkapi dengan pesawat udara nirawak (UAV) Pterodactyl, menurut surat kabar Izvestia Daily seperti dilansir oleh Army Recognition.
Kendaraan tempur berantai dari keluarga Armata ini akan dilengkapi dengan drone pengintai yang dirancang untuk mengintai medan perang hingga sepuluh kilometer jauhnya dari operator untuk mengembangkan situasi dan memberikan isyarat tembakan artileri serta rudal kepada sasaran.
Pesawat udara nirawak (UAV) dari Institute Aviasi Moskow (IAM) tersebut memiliki waktu terbang yang tak terbatas karena tidak memiliki baterai dan catu daya melainkan melalui kabel fleksibel dari kendaraan tempur lapis baja.
Pterodactyl adalah drone ringan dengan bahan komposit, yang akan ditambatkan pada kendaraan perang dengan kabel fleksibel. Drone akan berkeliaran dengan radius 50 – 100 meter di sekitar kendaraan tempur di ketinggian puluhan meter. Drone ini akan membawa radar dan pencitraan termal.
Dibandingkan drone yang dikendalikan dengan kontrol radio, Pterodactyl akan tetap di udara untuk waktu yang lebih lama dan mampu membawa muatan yang lebih berat, karena tidak perlu untuk mengangkut baterai. Kelebihan lain dari drone yang ditambatkan adalah keamanan yang lengkap terhadap upaya intelijen elektronik musuh (ELINT).
Fitur lain Pterodactyl adalah desain sayap miring memberikan kekuatan tambahan. Solusi ini memungkinkan drone untuk terbang cukup cepat dan bergerak disekitar tank dengan kecepatan penuh. Diatas semuanya, drone bisa lepas landas dari lapangan terbang kecil, termasuk melakukannya penerbangan langsung dari lambung tank.
Konsep dari drone pengintai yang ditambatkan dan dikontrol melalui kabel fleksibel ini dipelopori oleh helikopter nirawak eksperimental buatan Jerman, yakni Dornier Do-32K yang dikendalikan dan diberi umpan melalui kabel.
Saat ini, antarmuka kabel telah digunakan oleh helikopter Hovermast buatan Israel, namun tidak digunakan sebagai bagian dari kendaraan tempur.
Penggunaan drone ringan yang dilengkapi dengan pencitraan termal dan sistem radar sebagai sarana eksternal pengamatan tampaknya menjadi solusi yang logis untuk kendaraan tempur lapis baja masa depan, dengan senjata yang diluar jangkauan apabila menggunakan instrumen akuisisi sasaran yang terpasang.
Sebagai contoh, persenjataan utama dari tank Armata memiliki jangkauan 8 km, namun perangkat pengamatan yang terpasang pada tank tersebut hanya dapat melihat tank musuh pada jarak 5 km.
Akan tetapi, tank yang menggunakan drone Pterodactyl tersebut akan mampu mengembangkan situasi sambil tetap berada di tempat persembunian atau dibalik gedung atau terjebak di dalam tanah. Dengan sistem pengawasan eksternal yang memiliki cakupan minimal 10 km akan meningkatkan keunggulan tank Armata.