Satu unit pesawat angkut militer A400M ‘Atlas’ buatan Airbus Defence and Space telah tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Senin (6/3) pekan lalu. Pesawat yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Inggris itu datang ke Indonesia dalam rangka kunjungan sekaligus pengenalan bentuk aslinya secara langsung.
Namun terkait pembelian A400M oleh Indonesia, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyampaikan kepada Angkasa bahwa semua keputusan ada di Kementerian Pertahanan.
“Kemarin ada demo, itu pun Kementerian Pertahanan belum memutuskan, tapi justru Kementerian BUMN yang ingin bisa mengoperasikan pesawat itu,” kata Kasau.
Untuk lebih jelasnya, Marsekal Hadi menyarankan untuk menanyakannya langsung kepada Menteri BUMN, Rini Soemarno. “Nanti bisa ditanyakan ke Menteri BUMN, yang saya dengar pada waktu itu adalah ingin membuat tol udara, nanti spesifik bisa ditanyakan ke Ibu Menteri,” kata Marsekal Hadi, seperti dilansir Angkasa pada Sabtu (18/3).
Marsekal Hadi menjelaskan bahwa keinginan Kementerian BUMN membeli pesawat angkut berat A400M itu nantinya akan diserahkan ke sipil, yakni Pelita dan sebagainya.
“Tapi saya tanya ke Bu Menteri, kalau begitu pilotnya dari saya (TNI AU) saja. Karena ketika nanti pemerintah sudah bisa beli pesawat itu (Kementerian Pertahanan yang berwenang), kebutuhan akan pilot, saya (TNI AU) sudah punya pengalaman,” jelas Kasau.
Kasau Tinjau Pesawat Airbus A-400 RAF
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bersama sejumlah pejabat terkait telah meninjau pesawat angkut berat A400M Atlas buatan Airbus milik Angkatan Udara Inggris di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (6/3/2017).
Kasau dan para pejabat yang meninjau pesawat angkut berat A400M milik Angkatan Udara Inggris itu mendapat menjelasan dari Komandan Skadron Udara 70 RAF (Royal Air Force), Wing Commander Simon Boyle tentang kelebihan pesawat A 400 M yaitu sebagai pesawat yang mempunyai misi taktis jarak rendah, misi strategis jarak jauh dan sebagai tanker.
“Sebagai misi taktis jarak pendek mampu membawa muatan logistik untuk bantuan kemanusiaan, mobilitas kendaraan militer dan pasukan. Dengan lebar dan tinggi 4 meter serta panjang 18 meter memungkinkan pesawat mampu membawa cargo seperti truk semi trailer sekitar 25 ton,” kata Simon Boyle.
Pada kesempatan itu, Kasau juga melihat cockpit yang telah menggunakan perangkat komputer seluruhnya dan glass cockpit. Dengan sistem yang telah komputerisasi tersebut, pengawaknya cukup tiga saja dalam keadaan normal yaitu satu pilot utama, pilot cadangan dan satu load master.
Berdasarkan kemampuannya yang dapat terbang dengan kecepatan rendah, menjadikan A400M ideal untuk menurunkan pasokan barang dari ketinggian rendah. Kemampuan terbang A400M adalah hingga 4.700 mil laut/8.700 km, dengan ketinggian jelajah 37.000 kaki dan kecepatan 0,72 Mach.
Kasau sempat menanyakan mengenai jangkauan bahan bakar (endurance) pesawat A400M dan dijawab Wing Comannder Simon Boyle selama 11 jam. Hal ini tentu baik apabila digunakan untuk perjalanan yang jauh dengan waktu yang lama.
Airbus A400M Atlas sejak beberapa tahun lalu ditawarkan kepada TNI AU. Satu unit A400M Atlas pernah mendarat dan dipertunjukkan kepada pers pada 2012 di tempat yang sama, namun saat itu penawaran resmi belum dilayangkan. Secara pengembangan, A400M Atlas telah tertunda, di antaranya penerbangan perdana dari seharusnya 2008 menjadi Januari 2009.
Sumber: Angkasa dan Antara