Seoul – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson tiba di Korea Selatan pada Jumat, 17/3/2017 sebagai bagian kedua dari lawatan Asia berpusat pada upaya menemukan pendekatan baru soal Korea Utara.
“Pendekatan baru” itu dikabarkan diperlukan setelah dua dasawarsa, kedua negara itu gagal menghentikan program nuklir negara komunis tersebut.
Tillerson, mantan eksekutif perusahaan minyak memulai kunjungan pertamanya di Asia sebagai menteri luar negeri AS di Jepang pada Rabu dan akan melanjutkan perjalanan ke China pada Sabtu.
Di Korea Selatan, ia akan mengunjungi perbatasan negara itu dengan Korea Utara, yang dijaga ketat, Zona Demiliterisasi (DMZ), sebelum bertemu Menteri Luar Negeri Yun Byung-se dan Perdana Menteri Hwang Kyo-ahn, yang juga bertindak sebagai penjabat presiden.
Di Tokyo, pada Kamis, Tillerson membahas 20 tahun hubungan diplomatik kedua negara itu dan upaya lain, termasuk soal Amerika Serikat, yang memberikan dana bantuan kepada Korea Utara sebesar 1,35 milyar dolar AS “untuk mengambil pendekatan berbeda” dalam upaya menghentikan program nuklir mereka.
“Dalam menghadapi ancaman yang semakin meningkat ini, jelas bahwa pendekatan yang berbeda diperlukan. Itu merupakan bagian dari tujuan saya melakukan kunjungan ke wilayah ini untuk bertukar pandangan mengenai pendekatan baru, ” ia mengatakan pada konferensi pers, yang pertama sebagai menteri luar negeri AS.
Korea Utara melakukan dua uji nuklir dan serangkaian percobaan rudal, yang diluncurkan sejak awal tahun lalu.
Pada pekan lalu, mereka meluncurkan empat rudal balistik dengan tujuan untuk mengembangkan rudal nuklir yang dapat menjangkau wilayah Amerika Serikat.
Washington menekan Beijing agar berbuat lebih banyak untuk mengendalikan program nuklir dan rudal Korea Utara. Tillerson berharap dapat memberi penjelasan kepada pemimpin China bahwa Amerika Serikat bermaksud akan meningkatkan pertahanan rudal di wilayah tersebut, kata pejabat AS di Washington.
Korea Selatan, salah satu sekutu setia AS di Asia, setuju AS memasang Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), sebuah sistem rudal di Korea Selatan.
China mengatakan radar sistem adalah ancaman bagi keamanan.
Pemilihan Tillerson menghadapi tugas rumit di Korea Selatan, akibat kekacauan politik di negeri itu setelah Presiden Park Geun-hye digulingkan pada pekan lalu karena terlibat korupsi. Pemilihan presiden akan diadakan pada 9 Mei.
Seorang politisi oposisi liberal Korea Selatan, Moon Jae-in, yang telah mempersoalkan pemasangan sistem rudal THAAD, memimpin dalam perolehan jajak pendapat.
China menolak tekanan AS untuk berbuat lebih banyak di Korea Utara dan mengatakan bahwa saat ini mereka sedang melakukan segala upaya yang dapat dilakukan tetapi tidak akan mengambil langkah-langkah yang dapat mengancam mata pencaharian rakyat Korea Utara.
China mendesak Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya dan uji rudal, serta meminta kepada Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk menghentikan latihan militer bersama dan mencari solusi lainnya.
Media pemerintah China menegaskan pada Jumat bahwa masalah utama dari permasalahan itu terletak pada hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Utara.
“Mereka tampaknya lupa bahwa akar masalah dari program nuklir di semenanjung Korea adalah rasa saling tidak percaya yang mendarah daging antara Amerika Serikat dan Korea Utara yang sudah berlangsung sejak lama, persaingan sengit antara Utara dan Selatan,” kata terbitan luar negeri “Harian Rakyat” Partai Komunis berkuasa dalam tanggapan di halaman depan.
Tillerson juga akan bertemu dengan komandan dari 28.500 tentara AS di Korea Selatan.
Antara/Reuters