Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Taiwan Bersiap Membangun “Kapal Induk” Untuk Hadapi China

Kapal induk helikopter kelas Mistral buatan DCNS Perancis. (DCNS Perancis)
Taiwan Bersiap Membangun "Kapal Induk" Untuk Hadapi China 1

Republik China (Taiwan) tampaknya sangat serius mempertimbangkan untuk membangun kapal induknya sendiri – lebih khusus disebut LHD (Landing Helicopter Dock) yang dapat menyebarkan tempur siluman F-35 – sebagai bagian dari rencana pembangunan Angkatan Bersenjata Republik China (ROCAF) untuk mencegah invasi dari Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).

Angkatan Laut Republik Cina (ROCN) baru-baru ini mengungkapkan rencana untuk mengusulkan kapal induk helikopter, yang dalam istilah teknis disebut kapal serbu amfibi “Landing Helicopter Dock” atau LHD.

ROCN mengungkapkan bahwa LHD yang direncanakan mungkin berbobot 22.000 ton, mampu mencapai kecepatan 30 knot (55 km/jam) dan panjang 220 meter. Untuk pertahanan udara, kapal induk helikopter tersebut akan dipersenjatai dengan sistem rudal permukaan-ke-udara, serta untuk menghancurkan target permukaan dilengkapi sebuah meriam OTO Melara 76 mm.

Memiliki kapasitas untuk menampung helikopter berukuran besar, berarti Taiwan merencanakan LHD juga akan dapat digunakan untuk menyebarkan pesawat tempur dengan kemampuan VTOL (vertikal take-off dan landing) seperti jet tempur siluman Lockheed Martin F-35B Lightning II, jet tempur McDonnell Douglas AV-8B Harrier II dan pesawat tiltrotor multi-misi V-22 Osprey.

LHD akan dilindungi oleh radar AESA dan sistem sonar canggih. Dek kapal perang akan mampu menampung sedikitnya 6 (enam) helikopter besar pada waktu yang sama (secara bersamaan).

Media Taiwan melaporkan bahwa pejabat senior ROCN mengatakan tentang spesifikasi yang dibutuhkan oleh Angkatan Laut Taiwan, tetapi apakah LHD tersebut akan dibangun adalah masalah kemauan politik dari para pemimpin Taiwan.

Taiwan, bagaimanapun memiliki teknologi dan uang untuk membangun LHD, kata Mei Fu-hsing, Direktur Pusat Analisis dan Keamanan Selat Taiwan. Dia mengatakan bahwa kapal induk helikopter amfibi tidak harus “tak terjangkau”.

“Lihatlah harga kapal induk helikopter (LHD) Kelas Mistral Perancis yang awalnya direncanakan untuk dijual kepada Rusia, ukuran dan visi Angkatan Laut dari yang direncanakan hampir mencapai EUR 700 juta (USD 800 juta atau NTD 25 miliar), tetapi itu semua juga termasuk biaya pembangunan di Perancis”, jelas Mei.

“Kita telah berhasil membangun sebuah kapal perang seharga NTD 17 miliar, dan biaya kapal patroli generasi berikutnya akan dikenakan biaya lebih tinggi dari ini. Ya, sebuah LHD sudah pasti terjangkau”, tambahnya.

Dia mencatat bahwa membangun sebuah LHD sebenernya hanya masalah kemauan politik.

“Jika militer dan pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengajukan argumen yang ketat, profesional, lengkap dan tak terbantahkan untuk mendukung pembangunan proyek, dan membujuk masyarakat serta mengatasi perlawanan politik untuk pertanyaan opini publik dan obrolan, maka tidak mungkin bisa berhasil”, menurutnya lagi.

Kapal induk helikopter (LHD) Angkatan Laut AS, USS Wasp berlayar bersama USNS Supply (AOE 6). (© U. S. Navy)
Taiwan Bersiap Membangun "Kapal Induk" Untuk Hadapi China 2

LHD yang diinginkan Taiwan mirip dengan LHD kelas Wasp yang dioperasikan oleh Angkatan Laut AS dan LHD kelas Mistral milik Angkatan Laut Perancis juga sama seperti LHD yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Mesir.

Kapal perang ini dibangun dengan dek penerbangan penuh mirip dengan sebuah kapal induk dan dapat mengoperasikan helikopter serang dan helikopter utilitas, bahkan sekarang sebuah pesawat tempur dengan kemampuan VTOL sudah bisa disebarkan melalui LHD.

Angkatan Laut AS memiliki 8 (delapan) unit LHD kelas Wasp yang aktif dalam pelayanan. Dari lima LHD kelas Mistral yang ada saat ini, 3 (tiga) diantaranya dalam pelayanan dengan Angkatan Laut Perancis dan 2 (dua) dengan Angkatan Laut Mesir. Dua kapal induk Mistral Mesir awalnya dibangun oleh Perancis untuk Angkatan Laut Rusia, namun penjualan itu dibatalkan oleh Perancis setelah invasi militer Rusia atas Krimea pada bulan Maret 2014.

Share:

Penulis: