Pameran Langkawi International Maritime dan Aerospace (LIMA ke 14) 2017 telah menarik lebih dari 555 peserta dari 36 negara. Sebanyak 101 pesawat, 61 kapal dan boat melakukan display udara dan statis.
Laporan dari LIMA menunjukkan kontrak baru sedang ditandatangani untuk pasokan senjata Rusia ke negara-negara Asia Tenggara. Pasar regional merupakan salah satu yang paling penting bagi Rusia meskipun memiliki jarak geografis.
Menurut ahli dari Pusat Riset Strategis Anton Tsvetov, permintaan untuk senjata Rusia tidak hanya muncul karena kualitas peralatan Rusia tetapi juga akibat ketegangan regional.
Persyaratan kontrak untuk penyediaan 12-18 pesawat tempur multi-role SU-35 generasi 4 + sedang dibahas dengan Indonesia. Pesawat yang sama sedang disediakan untuk China. pembeli potensial lainnya termasuk Venezuela dan Vietnam.
Selain itu, telah diketahui bahwa kontrak untuk pembelian dua kapal selam diesel-listrik dari proyek 636 Varshavyanka sedang dibahas dengan mitra Indonesia. Tahun lalu, yang terakhir dari enam kapal selam tersebut disampaikan ke Vietnam dalam kontrak kerjasama militer-teknis Rusia-Vietnam.
Wakil dari Layanan Federal untuk Kerjasama Teknik-Militer (FSMTC), juga melaporkan pasokan batch tambahan pesawat latih tempur Yak-130 ke Myanmar.
partisipasi Rusia di pameran Langkawi adalah pengingat lain bahwa pasar Asia Tenggara sangat penting untuk senjata Rusia. Pembeli terbesar senjata Rusia tetap Vietnam, tetapi untuk negara-negara seperti Malaysia, teknologi Rusia, khususnya penerbangan, sangat penting untuk meningkatkan kemampuan tempur angkatan bersenjata mereka.
Menurut Tsvetov, langkah pertama yang diambil dalam arah kerjasama militer-teknis dengan mitra seperti Thailand dan Filipina seperti amunisi dan peralatan militer adalah salah satu dari beberapa pasar di Asia Tenggara di mana Rusia sangat kompetitif.
“Secara relatif murah tapi senjata yang kualitas tinggi dan dapat bersaing di pasar berkembang di wilayah ini tanpa membawa “kopor “dalam bentuk tuntutan politik atau menetapkan standar di bidang demokrasi atau hak asasi manusia,” ujar sang ahli.
Dalam hal ini, ketegangan yang tumbuh di Asia Tenggara menyumbang pertumbuhan kebutuhan akan pertahanan.
Pada saat yang sama, memperoleh bantuan militer dari Amerika Serikat akan menghilangkan kepercayaan dari China dan tentunya juga memiliki beberapa pembatasan internal. Sementara motif Rusia, tidak dipertanyakan oleh Beijing.
Pakar menekankan bahwa penting untuk memahami bahwa penawaran senjata Rusia di Asia Tenggara lebih ke persoalan perdagangan daripada politik. Meskipun demikian, ekspor senjata tetap menjadi alat penting, dimana pengaruh politiknya tidak boleh dianggap remeh.
Sputniknews.com