Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL), Laksamana Sunil Lanba, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar India, The Hindu, menjelaskan bahwa Angkatan Laut hanya mengambil keputusan murni secara teknis yang menolak pesawat tempur ringan (LCA – Light Combat Aircraft) versi angkatan laut yang dikembangkan oleh DRDO meskipun memiliki komitmen yang kuat untuk kemandirian. Dia menyoroti kebutuhan untuk meningkatkan fasilitas pelatihan dalam memenuhi kekurangan personil dan berfokus pada kekuatan Angkatan Laut wilayah timur.
Bersamaan dengan itu, Angkatan Laut India telah memberi dorongan pada kemandirian aset, tapi sekarang menghadapi kritik karena menolak pesawat tempur ringan versi angkatan laut (LCA Navy), yang terlihat sebagai kemunduran atas komitmen sebelumnya.
Kami adalah pelopor pribumisasi, yang dimulai sejak tahun 1960 dan telah bekerja bahu-membahu dengan DRDO, yang mana personel angkatan laut juga memiliki laboratorium disana. Adapun dalam program LCA Tejas, Angkatan Laut adalah layanan pertama yang mendukung Lembaga Pembangunan Dirgantara (ADA) dalam pengembangannya dan Angkatan Udara menyusul di kemudian hari.
Apa yang diinginkan Angkatan Laut India adalah jet tempur berbasis kapal induk, akan tetapi LCA Navy Mk1 tidak memenuhi persyaratan tersebut. Perbandingan daya dorong dan berat (thrust-to-weight) yang dihasilkan tidaklah mencukupi dan mesin itu kurang bertenaga untuk mendorong badan pesawat tersebut. Sayangnya, bahkan pada varian Mk2 masih tetap tidak bisa memenuhi syarat. Itulah sebabnya kami membawa masalah ini sampai ke Kementerian Pertahanan India.
Sebanyak 25% dari dukungan keuangan pada proyek tersebut berasal dari Angkatan Laut India. Hingga saatnya ADA mampu memproduksi sebuah jet tempur yang dapat beroperasi dari dek sebuah kapal induk, disitulah kita baru akan bersedia untuk memperoleh dan menerbangkannya. LCA Navy seharusnya terbang dari kapal induk INS Vikramaditya.
Kapal induk kedua, INS Vikrant, seharusnya berlayar pada tahun 2019. Jadi kami ingin pesawat tempur berbasis kapal induk saat ini. Menurut catatan kami, setidaknya telah ada satu dekade bagi ADA untuk menghasilkan LCA Navy berbasis dek. Sementara itu, Kementerian Pertahanan telah mengijinkan kami untuk terus maju dan mencari jet tempur yang memenuhi persyaratan sekaligus mengeluarkan RFI.
Molornya jadwal untuk pembangunan dan pelayaran perdana kapal induk pribumi INS Vikrant juga disebabkan oleh penundaan dalam pengiriman peralatan penerbangan dari Rusia. Ada beberapa keterlambatan dalam pengiriman peralatan untuk kompleks penerbangan dari Rusia. Kami berharap bahwa INS Vikrant akan memulai pengujian pada tahun 2019.
Adapun untuk IAC-II (Kapal Induk Pribumi Kedua), kita telah membawa kasus tersebut ke Kementerian yang mana akan mendapatkan persetujuan lebih cepat nantinya. Kami sedang mencari sebuah kapal induk CATOBAR diatas 65.000 ton dilengkapi dengan EMALS dan landasarn terbang (air strip) canggih.
Serangkaian kecelakaan telah mencoreng citra Angkatan Laut India beberapa tahun yang lalu. Tampaknya menjadi sesuatu dari masa lalu ketika kapal INS Betwa terguling pada salah satu sisinya di drydock akhir tahun lalu, sebagaimana diberitakan oleh Jakarta Greater.
Menurut KASAL India, ia tidak bisa memberikan jaminan bahwa akan ada “zero accident”. Tapi SOP telah pada tempatnya dan budaya keselamatan kerja sedang ditegakkan. Jumlah kecelakaan telah turun secara drastis akhir-akhir ini. Beberapa insiden terakhir yang mencuat diluar proporsi oleh media. Kecelakaan INS Betwa seharusnya tidak perlu terjadi. Pada dasarnya, ada kesalahan dalam menghitung tingkat stabilitas [pada blok tersebut].
Angkatan Laut India saat ini telah memfokuskan kekuatan di sisi timur, memperkuat aparat keamanan di sepanjang gugusan pulau.
Di kepulauan Andaman dan Nicobar, aset angkatan laut yang lebih baru dan lebih mampu berada disana dalam bentuk korvet kelas Kora dan ada rencana infrastruktur jangka panjang di mana lapangan udara di kepulauan sebelah utara sedang diperkuat dan diperpanjang agas pesawat yang lebih berat dapat beroperasi. Proyek serupa berlangsung di bagian selatan. Rencana infrastruktur membuat fasilitas OTR (operasional turnaround) dalam gugus selatan sudah mulai berjalan. Boeing P8I sedang dikerahkan dari Port Blair.
Dilansir dari Defence Update, pada saat yang sama, Angkatan Laut India juga bekerjasama dengan negara tetangga di sebelah timur saat ini telah berkembang. Kami telah menyelesaikan masalah batas maritim dengan Bangladesh dan mengadakan interaksi yang jauh lebih besar dengan Myanmar, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Singapura.