Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Tejas UCAV? Inilah Yang Perlu Dilakukan oleh HAL

Jet tempur ringan HAL Tejas. © ADA
Tejas UCAV? Inilah Yang Perlu Dilakukan oleh HAL 1

Sebuah usaha baru untuk menghapus pilot pada platform tempur LCA Tejas India dengan menggulirkan UCAV telah terungkap dalam sebuah laporan terbaru yang terbitkan oleh The Economic Times, menghidupkan kembali proyeksi yang dibuat satu dekade lalu oleh Organisasi Riset & Pengembangan Pertahanan (DRDO).

Dilansir dari Live Fist Defence, bahwa HAL memiliki rencana ambisius untuk memasuki sistem tak berawak dalam kemitraan dan pengembangan proyek-proyek baru didalam negeri, Tejas adalah sebuah platform yang tentunya sangat akrab bagi India. Preposisi ini tentu saja jauh lebih kompleks daripada yang akan dilakukan oleh HAL dan DRDO.

Konversi penuh sistem tempur menjadi sebuah platform tak berawak merupakan tugas yang berat. Berbeda dari perubahan materi yang lebih mudah, termasuk penghapusan item non-esensial (sebenarnya bukan tugas sederhana pada Tejas, seperti hambatan pemeliharaan), konversi Tejas – sama seperti konversi Boeing F-16 menjadi QF-16 – akan melibatkan perubahan besar pada sistem kendali penerbangan (FCS – flight control system).

Perubahan tersebut juga akan melibatkan sistem terminasi pesawat untuk memastikan kendali darat dapat menghancurkan pesawat dalam penerbangan dan penambahan sensor telemetri beserta sistemnya. Tapi inti dari konversi tersebut adalah sistem kendali penerbangan Tejas.

Literatur resmi pada kendali penerbangan Tejas digambarkan sebagai sistem digital kendali penerbangan fly-by-wire untuk memudahkan penanganan oleh pilot, menggunakan komputer pengendali penerbangan digital yang kuat (DFCC) yang terdiri dari 4 kanal komputasi, masing-masing dengan catu daya independen dan semua itu berada dalam sebuah LRU tunggal. Lebih lanjut juga menambahkan bahwa:

DFCC menerima sinyal dari berbagai sensor dan masukan dari tongkat kendali pilot, serta memprosesnya melalui jalur yang tepat untuk merangsang dan mengendalikan elevon, kemudi dan slat aktuator hidrolik bagian depan. Saluran DFCC dibangun pada mikroprosesor 32-bit dan menggunakan subset dari bahasa pemrograman untuk implementasi software. Antarmuka komputer dengan elemen tampilan seperti MFD melalui bus data avionik multipleks dengan standar MIL-STD-1553B dan serial link RS-422.

Tejas sengaja dibuat tidak stabil secara longitudinal untuk meningkatkan kemampuan manuver. CLAW memulihkan stabilitas dan memberikan kualitas penanganan yang baik untuk Pilot. Mereka juga memberikan respon yan tetap terhadap variasi dalam aerodinamis, bahan bakar dan sebagainya serta memfasilitasi kinerja yang kuat. CLAW tak mengkhawatirkan dan memastikan bahwa berbagai parameter pesawat dibatasi secara otomatis. Hal ini memungkinkan pilot untuk menerbangkan misi tanpa perlu khawatir untuk melampaui batas parameter amannya.

Autopilot menyediakan fungsi pendukung pilot. Hal ini membantu pilot untuk melakukan lebih banyak kegiatan terutama dalam misi kritis tanpa perlu khawatir bahwa pesawat akan keluar dari jalur penerbangan. Autopilot ini juga dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti auto level (yang membantu pilot memulihkan pesawat jika ia bingung atau pada terbang malam), pemulihan ketinggian yang aman dan mode navigasi yang mengarahkan pesawat secara otomatis ke jalur penerbangan yang telah ditentukan.

Penelitian HAL akan pusat pada fungsi penerbangan otonom, sistem manajemen tempur dan komputer misi. Sebagaimana LCA Tejas telah membuktikan dirinya diseluruh cakupan presisi dan senjata lainnya, pemikiran logis HAL tentang platform terbang terbukti masuk akal sebagai platform untuk pengiriman senjata non-siluman.

Utilitas dan viabilitas dari platform tersebut oleh negara seperti India tetap menjadi salah satu pertanyaan utama. Sebagaimana dilaporkan oleh Live Fist Defence, India sedang mengembangkan UCAV siluman “Ghatak” untuk misi yang sama, tetapi dengan penekanan khusus pada kemampuan siluman dan misi ke wilayah udara musuh.

Selain isu-isu ekonomi dan survivability, riset HAL pada platform Tejas bisa memiliki nilai eksperimental yang lebih mendalam. Dalam skenario kasus terbaik, memberikan pengalaman kepada HAL dalah hal sistem arsitektur kendali penerbangan tak berawak/sistem tempur otonom.

Bagi yang skeptis akan berpendapat bahwa HAL telah memilih untuk melakukan tugas pertama yang paling sulit, meskipun yang lain menyarankan bahwa ini adalah pilihan berisiko rendah atas penelitian yang sangat berharga dan tidak akan membutuhkan sumber daya tambahan, terutama karena ini adalah teknologi yang tidak satupun negara yang akan membagikannya tanpa memberikan manfaat yang sangat mahal. Tentu saja, versi drone target dari Tejas untuk pelatihan pertempuran udara merupakan sebuah peluang seperti halnya QF-16 dari Boeing.

Share:

Penulis: