Setelah Inggris dan Jepang akan bekerjasama mengembangkan pesawat tempur generasi kelima, Jerman pun tidak mau ketinggalan.
Bekerjasama dengan Airbus Defense and Space, Jerman akan memulai tahap awal program pengembangan pesawat tempur generasi kelima untuk menggantikan pesawat tempur Panavia Tornado.
Pesawat pembom tempur Tornado sudah hampir berakhir masa operasionalnya, mulai dibangun pada tahun 1979-1998. Dikembangkan dan diproduksi bersama-sama oleh Jerman (saat itu Jerman Barat), Inggris dan Italia.
Program Future Combat Air System (FCAS) – yang merupakan program pengembangan pesawat tempur siluman berawak dan tanpa awak. Diharuskan sudah siap operasional pada tahun 2030-2040, Airbus Defense and Space akan menggunakan teknologi yang sudah tersedia saat ini untuk mengembangkannya.
Pesawat tempur siluman baru Jerman kemungkinan dirancang dengan keharusan memiliki kemampuan yang lebih baik dari F-22 Raptor atau F-35, mengingat FCAS akan masuk layanan pada tahun 2030-2040-an. Ancaman di tahun itu tentu sangat berbeda dengan ancaman saat ini, termasuk penggunaan radar array frekuensi rendah yang beroperasi di band UHF dan VHF yang bisa mendeteksi dan melacak pesawat siluman.
Karena jadwal pengembangan yang relatif singkat, Jerman kemungkinan akan menggunakan sebanyak mungkin teknologi yang sudah ada. Konsep awal rancangan pesawat tempur siluman FCAS kemungkianan akan bermesin ganda dengan tampilan yang mirip dengan pesawat tempur siluman F-22 Raptor.
Ironis, meski merupakan negara moyangnya pesawat tempur dan pembom siluman yang sudah dimulai menjelang Perang Dunia II, tapi saat ini Berlin tidak memiliki sarana teknis untuk mengembangkan pesawat tempur sendiri. Industri kedirgantaraan Jerman saat ini belum mampu menghasilkan pesawat tempur dalam skala penuh, bahkan meski pesawat tempur konvensional sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Author : Muhidin