Lebih dari satu dekade setelah dibuangnya kesepakatan karena dugaan suap dengan Afrika Selatan, Angkatan Darat India telah meluncurkan proses pengadaan 1.500 unit senapan ringan anti material. Dalam permintaan untuk informasi (RFI), Angkatan Darat telah meminta vendor global untuk pendekatan itu jika siap mentransfer teknologinya kepada perusahaan India, seperti dilansir dari Defence Update.
RFI setebal 8 halaman tampak jelas bahwa senapan ringan anti-material akan diproduksi di bawah program “Make in India”, di mana prioritas akan diberikan kepada mereka yang akan menawarkan teknologi lebih selain memenuhi spesifikasi teknis.
“Senapan 12,7 mm harus memiliki berat kurang dari 15 kg dan memiliki jangkauan minimal 1,8 km”, menurut dokumen yang dikeluarkan oleh Angkatan Bersenjata India. Tentara mengatakan amunisi seperti penembus, pembakar lapis baja dan pelacak (API/API-T), amunisi SLAP (Saboted Armor Light Penetrator) harus tersedia untuk senapan tersebut.
Produsen yang tertarik harus membalas RFI yang dikeluarkan oleh Angkatan Bersenjata India pada tanggal 15 Mei tahun ini. Pada saat ini, Angkatan Bersenjata India menggunakan senapan anti-material buatan Afrika Selatan.
Seorang analis pertahanan, Brigadir (Purn) Rumel Dahiya mengatakan bahwa “Dalam rangka untuk menghancurkan bunker ataupun musuh yang menggunakan kendaraan diperkuat, maka senapan anti-material akan sangat berguna untuk menghancurkan berbagai target tersebut. Senapan ini juga dapat digunakan untuk melawan teroris yang menembak dari balik dinding atau sesuatu semacam itu”.
Senapan ini adalah senjata infanteri khusus yang memerlukan kemampuan untuk menembus material yang tidak terlalu tebal. Saat ini, senapan ini tersedia dalam jumlah yang tidak memadai bagi infanteri karena sejauh ini India belum bisa membuatnya. RFI ini harus di arahkan untuk pengembangan kemampuan dalam negeri dimana perusahaan India akan mendapat bantuan teknis dari perusahaan asing untuk dapat membuatnya.
India sebelumnya telah membatalkan kesepakatan dengan perusahaan Denel dari Afrika Selatan pada tahun 2005 setelah munculnya tuduhan bahwa mereka membayar suap untuk mengamankan kesepakatan dengan Angkatan Bersenjata India pada tahun 2002 untuk menjual sebanyak 1.000 unit senapan anti-material NTW-20 kaliber 14,5 mm & 20 mm.
Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) sebenarnya telah mengembangkan senapan anti-material multi-kaliber pada tahun 2007 dengan jangkauan 1800 meter. Akan tetapi Angkatan Bersenjata India telah menolak untuk menggunakan senapan tersebut karena terlalu berat (hampir 25 kg).