Andrew Wilkie Ragu Serangan Kimia Dilakukan Oleh Rezim Bashar al-Assad
Andrew Wilkie yang merupakan mantan analis intelijen senior mengatakan tidak ada keraguan serangan itu terjadi, namuan menyatakan Australia tidak seharusnya begitu saja menerima jaminan dari pihak berwenang AS, seperti dilansir dari Australia Plus.
Komentar anggota DPR dari jalur independen ini disampaikan setelah Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan “tidak ada keraguan” bahwa rezim Assad bertanggung jawab merencanakan dan mendalangi serangan mematikan tersebut.
“Terus terang, saya tidak percaya Pemerintahan Trump”, kata Wilkie dalam wawancara dengan Sky News. “Masuk akal bagi mereka menabuh genderang perang lagi ketika mereka berada di bawah begitu banyak tekanan di dalam negeri”, tambahnya.
Wilkie mengundurkan diri dari badan intelijen Office of National Assessments pada tahun 2003 sebagai protes atas peran Australia dalam Perang Irak, ia juga mengatakan pemerintah harus “belajar dari masa lalu”.
“Saya pikir kita harus sangat berhati-hati di Australia dan jangan terlalu cepat secara otomatis mendukung apa yang dikatakan AS. Kita telah terjebak di Timur Tengah sejak tahun 2003, sekali lagi karena tuduhan senjata kimia dan biologi serta senjata nuklir”, ujarnya.
Wilkie mengatakan bila ia ingin menegaskan bahwa Assad bisa saja berada di balik serangan tersebut, namun ia menambahkan tampaknya tidak mungkin karena berbagai alasan. “Kalau mau jujur, jika Anda ingin membunuh seratus orang maka lebih gampang dengan menjatuhkan beberapa bom berdaya ledak tinggi dari pesawat ke sebuah kampung”, katanya.
“Itu pilihan senjata yang sangat tidak mungkin ketika Anda tahu hal itu akan mendatangkan respon negatif dari seluruh dunia dan bahkan respon militer yang kuat dari AS”, kata Wilkie.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan “tidak ada keraguan” rezim Suriah bertanggung jawab atas serangan gas tersebut. Jenderal Mattis mengatakan bahwa jika Suriah menggunakan senjata kimia lagi, negara itu akan “membayar harga yang sangat, sangat mahal.”
Presiden Bashar al-Assad Membantah Tuduhan Pentagon
Bashar al-Assad menyebutkan kalau pemerintahannya sudah tidak lagi menggunakan senjata kimia sejak 2013. Mereka pun bersedia diselidiki namun penyelidikan harus dilakukan oleh negara yang tidak bias, seperti dilansir dari ABC News yang mengutip wawancara Assad dengan AFP.
Ditegaskan Assad, semua bukti penyerangan itu hanya datang dari kelompok militan yang berafiliasi dengan Al Qaeda. Dan, kelompok militan tersebut memang menguasai Provinsi Idlib, tempat Khan Sheikhun berada.
Assad mengatakan bahwa Khan Sheikhun tidak strategis dan bukan titik perang utama.
”Belum ada yang melakukan penyelidikan atas apa yang telah terjadi di Khan Sheikhun saat itu. Khan Sheikhun di bawah kekuasaan Front Al-Nusra yang merupakan cabang Al Qaeda. Dan semua informasi yang sekarang beredar berasal dari sana”, katanya.
Disebutkan Assad, sumber dari Al Qaeda yang menyebarkan berita tersebut memaparkan bila serangan tersebut terjadi pada pukul 06.30 (pagi). Sementara, serangan militer Suriah di kawasan tersebut dilakukan sekitar pukul 11.30-12.00 (siang).
”Jadi, disini ada dua kejadian yang berbeda. Tidak ada perintah militer untuk melakukan serangan. Kami tidak punya senjata kimia. Kami sudah tidak punya arsenal sejak beberapa tahun lalu. Bahkan, kalau kami punya, kami tidak akan menggunakannya. Kami tidak akan menggunakan arsenal dalam sejarah kami”, jelas Assad.