Bangkok – Angkatan Laut Thailand mempertahankan rencananya untuk membeli tiga kapal selam dari China di tengah peningkatan penentangan umum dan pertanyaan tentang kebutuhan akan kapal mahal tersebut.
Pemerintah Thailand pada pekan lalu menyetujui pembelian kapal selam pertamanya dari China, dengan harga 13,5 miliar baht (Rp 5,2 triliun).
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Leuchai Ruddis menyatakan pembayarannya diangsur lebih dari tujuh tahun dan tidak akan memakai anggaran pemerintah.
“Terjadi gangguan keamanan tidak menentu di wilayah kami dan keperluan kekuatan bisa muncul kapan saja,” ujar Laksamana Leuchai dalam jumpa pers di markas besar angkatan laut di Sattahip, Bangkok Selatan, 1/5/2017.
Laksamana Leuchai menyatakan Thailand harus mempertahankan perbatasan lautnya dan ia mengesampingkan kekhawatiran warga. “Pembelian itu perlu diteruskan,” ujarnya.
Thailand tidak terlibat dalam perselisihan dengan China dan negara lain Asia Tenggara di Laut Cina Selatan, namun bersengketa dengan Kamboja mengenai perbatasan laut di bagian kaya gas Teluk Thailand.
Thailand juga memiliki perbatasan laut di Samudera India.
Politisi kedua partai politik utama menentang pembelian kapal selam S26T itu, menuduh pemerintahan tentara salah menentukan pengutamaan saat perekonomian cenderung menurun.
Anggaran pertahanan Thailand pada tahun ini lebih dari 210 miliar baht (61 triliun rupiah lebih), sekitar sembilan persen lebih besar dari tahun 2014, tahun tentara mengambil alih kekuasaan. China adalah kekuatan besar pertama yang mengakui penguasa Thailand, sesudah kudeta tahun 2014.
Amerika Serikat menanggapi penggulingan pemerintah terpilih itu dengan membekukan bantuan terkait keamanan senilai 47 miliar rupiah dan membatalkan beberapa perjanjian keamanan.
Antara