Ilustrasi pesawat latih serang SIAI-Marchetti SF-260 (Photo : AEROGLAB)
Sebuah serangan udara selama operasi militer Filipina dalam pertempuan di kota Marawi untuk membasmi pemberontak Maute telah membunuh 10 tentara pemerintah, kata menteri pertahanan pada hari Kamis. Terbunuhnya 10 tentara merupakan sebuah pukulan besar bagi Filipina dalam upayanya untuk mengalahkan pemberontak yang terkait dengan kelompok ISIS.
Tujuh tentara lainnya juga terluka pada hari Rabu ketika dua pesawat latih tempur SF-260 menjatuhkan bom pada sasaran di jantung Kota Marawi, kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dalam sebuah konferensi pers.
Pesawat pertama berhasil menghantam tepat sasaran tapi serangan pesawat SF-260 yang kedua meleset dari targetnya.
“Sangat menyedihkan bisa memukul pasukan kita sendiri,” kata Lorenzana. “Pasti ada kesalahan di suatu tempat, entah seseorang yang mengarahkan dari darat atau pilotnya.”
Angkatan bersenjata Filipina telah menggunakan kombinasi pasukan darat dan serangan roket dari helikopter sejak akhir pekan untuk memborbardir kelompok Maute yang bersembunyi di bangunan-bangunan. Hari Rabu kemarin adalah hari pertama pesawat SF-260 dikerahkan dalam operasi serangan udara.
Kematian 10 tentara Filipina tersebut menyebabkan jumlah pasukan keamanan yang terbunuh menjadi 38 orang, dengan 19 warga sipil dan 120 militan tewas dalam pertempuran di Marawi selama sembilan hari terakhir.
Sementara itu kedua pilot pesawat latih serang ringan SIAI-Marchetti SF-260, yang secara tidak sengaja membom sebuah posisi pasukan militer di Kota Marawi, yang menewaskan 10 tentara dan melukai tujuh lainnya sekarang berada di bawah kendali Administratif untuk penyelidikan lebih lanjut.
Hal ini dinyatakan oleh juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Brigjen. Jenderal Restituto Padilla dalam jumpa pers Rabu.
Padilla tidak mengidentifikasi pilot tersebut, hanya mengatakan bahwa Dewan Penyelidik yang dibentuk oleh Kepala Staf AFP Jenderal Eduardo Año akan fokus untuk menyelidiki apakah pilot, atau pesawat terbang, atau persenjataannya ataukah personil darat yang bertugas untuk mengarahkan bom ke sasaran yang melakukan kesalahan.
Padilla mengatakan penyelidikan tersebut akan memberi militer Filipina masukan yang diperlukan untuk mencegah agar tidak terjadi lagi insiden serupa di masa depan.
Reuters/Update.PH