Kuwait City – Amir Kuwait, yang memimpin penengahan pada pekan ini untuk menyelesaikan sengketa terburuk diplomatik dalam beberapa tahun, pada 12/6/2017 memperingatkan bahwa perselisihan itu dapat menyebabkan dampak tidak terperi, dalam tanggapan disiarkan kantor berita KUNA.
“Sulit bagi kami, angkatan pembangun Dewan Kerjasama Teluk (GCC) 37 tahun lalu, melihat ketidaksepakatan di antara anggotanya, yang mungkin menimbulkan hal tidak diinginkan,” kata Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah.
“Saya pribadi hidup melalui kelompok pertama bangunan dewan itu hampir empat dasawarsa lalu, sehingga tidak mudah bagi seseorang seperti saya sebagai pemimpin untuk diam tanpa melakukan segala sesuatu, yang saya bisa, untuk membawa saudara kembali bersama,” katanya.
Sheikh Sabah sudah mengunjungi Arab Saudi, Keamiran Arab Bersatu dan Qatar pada pada pekan lalu dalam upaya menemukan penyelesaian diplomatik atas kemelut tersebut.
Menteri luar negeri Qatar pada Senin menyatakan tetap sepakat pada upaya Kuwait itu, tapi bingung dengan tuduhan pihak lain.
Pidato penuh amir itu akan disiarkan di surat kabar “al-Jarida” pada Selasa, kata pernyataan KUNA.
Irak Tolak Pengucilan Qatar
Irak menentang pengucilan terhadap Qatar oleh Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya karena menanggap gerakan itu menyengsarakan rakyat biasa, kata Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi, 13/6/2017.
Abadi akan bertandang ke Arab Saudi pada Rabu untuk melakukan pembicaraan dengan Raja Salman.
“Rezim tidak terpengaruh blokade; rakyat lah yang akan sengsara karena blokade,” ujar Abadi kepada para wartawan di Baghdad.
Pekan lalu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan sejumlah negara Arab lainnya memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar.
Qatar membantah tuduhan bahwa pihaknya menyokong milisi-milisi Islamis dan bersekutu dengan Iran.
Abadi mengatakan ia akan meminta penjelasan dari Arab Saudi soal tuduhan-tuduhan yang dilemparkan terhadap Qatar.
Jerman Bereaksi
Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan khawatir akan keadaan di Qatar, dengan menambahkan bahwa semua negara Teluk, juga Iran dan Turki, harus bekerja sama menyelesaikan perselisihan kawasan itu.
Merkel, yang berbicara di Kota Mexico bersama Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, mengatakan tidak mungkin memilah dalam keadaan sangat meresahkan kecuali semua pemeran kawasan terlibat.
Ia menambahkan bahwa sangat penting negara Dewan Kerjasama Teluk bekerja sama untuk mengakhiri kemelut tersebut.
“Kita harus melihat bahwa penyelesaian politik kemelut itu, seperti di Suriah, seperti di Libya atau di Irak, tidak akan terjadi jika pemain tertentu tidak lagi masuk dalam percakapan, dan itu termasuk Qatar, Turki, Iran,” katanya.
Merkel mengatakan menginginkan keseimbangan kekuatan dipertahankan secara masuk akal di wilayah tersebut dan bahwa memerangi terorisme menjadi agenda saat pemimpin G20 bertemu pada bulan depan di Hamburg.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat menuduh Qatar menjadi “sponsor” tingkat tinggi terorisme, yang berpeluang menghambat upaya Departemen Luar Negeri AS mengurangi ketegangan dan pengucilan negara Teluk itu oleh negara Arab dan lain-lain.
Negara Arab memperketat pengucilan mereka atas Qatar dengan memasukkan puluhan tokoh terkait negara itu ke daftar hitam terorisme, sementara sekutunya, Turki, bergegas membela dengan berencana mengirim pasukan.
Pentagon menyatakan pengucilan itu menghalangi kemampuan Amerika Serikat melaksanakan rencana gerakan jangka panjang di wilayah itu. Pangkalan udara Al Udeid di Qatar adalah rumah lebih dari 11.000 tentara negara adidaya itu dan pasukan sekutu serta markas penting perang melawan IS. Itu adalah pangkalan terbesar Angkatan Udara AS di kawasan tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan bahwa mengharapkan semua pihak mencari jalan keluar.
Antara/Reuters