Anak anak yang lahir dalam perang Suriah dan terluka dalam perang Suriah. Sebagian mereka tewas sebelum perang usai (HaifZa @HaiFzABaluch)Warga Sipil menghadapi kenyataan yang mengerikan, bom berjatuhan di gedung sekolah, rumah sakit dan daerah perkampungan setiap hari.
New York – Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan pada 29-6-2017 memperingatkan 13,5 juta orang di Timur Tengah terjebak dalam krisis yang setiap hari mengancam nyawa mereka.
Sewaktu memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai keadaan kemanusiaan di Suriah, O’Brien, yang juga Koordinator Bantuan Darurat PBB, mengatakan krisis itu mempengaruhi sedemikian banyak orang karena “kami sudah menyaksikan berkali-kali tetap diabaikannya peraturan perang. Warga Sipil menghadapi kenyataan yang mengerikan, bom berjatuhan di gedung sekolah, rumah sakit dan daerah perkampungan setiap hari.
O’Brien juga mengulas usaha PBB untuk mendapat akses ke daerah yang sukar dicapai di Suriah. Dia menambahkan bahwa, meskipun PBB melancarkan usaha terbaik, “pasokan kami harus selalu dipindahkan dari truk kami sebelum kami dapat mengirimnya”.
Selama tahun ini saja, hampir 200.000 orang yang dalam perawatan dipaksa dipindahkan. O’Brien mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa pekerja kemanusiaan harus mampu mengirim bantuan dengan dasar keperluan.
“Sekarang lah waktunya. Penundaan akan berarti kematian lagi. Waktu terus berjalan,” kata O’Brien.
Konflik Suriah, yang kini memasuki tahun ketujuh, sudah mengakibatkan sangat banyak kematian di kalangan warganya: ratusan ribu orang telah meninggal, sebanyak 6,3 juta orang menjadi pengungsi di dalam negeri itu dan sebanyak 5,1 juta orang dipaksa mengungsi ke luar perbatasan.
Keadaan sangat menyedihkan di Raqqa, tempat serangan dilancarkan untuk merebut kembali kota tersebut dari kelompok gerilyawan di Irak dan Levant (ISIL/Da’esh) dan selama beberapa hari belakangan sepenuhnya terkepung.
Menurut Kantor Komisaris PBB bagian Kemanusiaan (OHCHR), sedikitnya 173 orang dilaporkan telah meninggal dalam serangan Udara dan Darat. Walaupun sebanyak 25.000 orang dilaporkan sudah meninggalkan kota itu sejak operasi paling akhir dilanksanakan, tidak kurang dari 100.000 warga Sipil masih terjebak di sana, kata O’Brien.
Tentang operasi bantuan di Suriah, O’Brien mengatakan pekerjaan kemanusiaan masih sangat sukar dan pembatasan birokrasi menjadi penghalang utama serta pemindahan pasokan bantuan telah membuat ruang operasi sangat rumit.
Pembatasan birokrasi menghambat rombongan dan seringkali memaksa mereka membatalkan misi mereka atau kembali, sehingga pekerja bantuan rentan terhadap serangan.
Dalam satu kejadian, seorang sopir truk dihantam peluru penembak gelap setelah rombongannya dipaksa pulang untuk menghindari perjalanan pada malam hari. Rombongan tersebut telah dihentikan selama beberapa jam di satu pos pemeriksaan Pemerintah. Seorang sopir lain juga kena tembak.
Sopir yang luka, selamat dan berada dalam kondisi stabil.
Antara/Xinhua-OANA