Jakarta – Mulyadi, pelaku penikaman dua Brimob di Mesjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, membeli pisau sangkur melalui sebuah toko daring (lewat jaringan internet) sekitar tiga bulan lalu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Rikwanto, dilansir ANTARA, 2/7/2017, mengatakan hal itu diketahui dari pengakuan kakak ipar Mulyadi, Hendriyanto.
Hendriyanto mengaku mengetahui perihal pembelian sangkur yang dilakukan adik iparnya. “Sekitar tiga bulan lalu, dia tahu tentang pembelian sangkur yang dilakukan Mulyadi di online shop,” tutur Rikwanto.
Dari hasil investigasi, diketahui Mulyadi merupakan pedagang kosmetik di Pasar Roxy Bekasi selama satu tahun.
Mulyadi tinggal selama setahun bersama kakak kandungnya N dan kakak iparnya di Kecamatan Cikarang Utara.
“Mulyadi tinggal bersama kakak kandung dan kakak iparnya selama sekitar setahun,” katanya.
Sementara dari hasil penyidikan juga diketahui bahwa N telah memberikan uang sebesar Rp 5 juta kepada Mulyadi untuk mudik ke kampung.
N mengaku terakhir berjumpa dengan Mulyadi pada 25 Juni 2017 ketika adiknya tersebut hendak berangkat mudik.
“Tapi Mulyadi bilang ke N akan ke Jakarta dulu untuk mencari teman agar bisa mudik bersama,” katanya.
Sementara, komunikasi terakhir diantara keduanya pada 28 Juni. Pada hari itu Mulyadi memberitahu N bahwa dia belum mendapatkan teman untuk mudik bersama.
Simpatisan ISIS
Brigjen Pol Rikwanto mengemukakan, Mulyadi, pelaku penikaman dua anggota Brimob di Mesjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, merupakan simpatisan organisasi teroris ISIS.
“Mulyadi merupakan simpatisan ISIS,” katanya.
Menurut Rikwanto, Mulyadi terkooptasi paham radikal setelah ia mempelajari materi-materi yang ada di situs radikal. “Dia juga ikut dalam sejumlah grup messenger yang bernuansa radikal,” katanya.
Sementara dilihat dari keterangan saksi dan barang bukti yang ada, polsi menduga Mulyadi hanya merupakan simpatisan ISIS dan tidak bergabung dengan kelompok jaringan teror manapun yang ada di Indonesia.
“Mulyadi melakukan aksi terornya secara lone wolf yang diduga termotivasi dari maraknya materi-materi yang diunggah pada grup-grup telegram radikal yang dia ikuti,” katanya.
Sebelumnya, dua anggota Brimob, yakni AKP Dede Suhatmi dan Briptu M. Syaiful Bahtiar menjadi korban penikaman orang tak dikenal di Mesjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat (30/6/2017) malam.
Peristiwa itu terjadi usai pelaksanaan shalat Isya berjamaah di Masjid Falatehan pada Jumat malam sekitar pukul 19.40 WIB. Seorang tak dikenal tiba-tiba menikam dua anggota Brimob tersebut yang posisi shalatnya tidak jauh dari pelaku, dengan menggunakan pisau sangkur.
Keduanya mengalami luka di bagian muka dan leher.
Usai menikam polisi, pelaku kemudian keluar dari masjid dan melarikan diri ke arah Blok M.
Kemudian anggota Brimob yang berjaga memberikan tembakan peringatan sebanyak dua kali, namun tak diindahkan pelaku. “Pelaku tidak mau menyerah, bahkan berbalik mengancam akan menyerang dengan sangkur,” kata Rikwanto.
Akhirnya anggota Brimob menembak pelaku sehingga pelaku tewas di tempat. Belakangan diketahui pelaku bernama Mulyadi.
Kondisi Korban Mulai Membaik
Kondisi dua anggota Brimob korban aksi penikaman di Mesjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kini stabil, setelah menjalani operasi.
“Keduanya sudah dioperasi. Saat ini sedang dalam perawatan, kondisi keduanya stabil,” kata Brigjen Pol Rikwanto.
Brigjen Pol Rikwanto menjelaskan tim dokter ahli bedah plastik sudah melakukan rekonstruksi perbaikan luka terhadap AKP Dede Suhatmi dan Briptu M. Syaiful Bahtiar di kamar operasi di Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. “Proses operasi keduanya berjalan lancar dan berhasil,” katanya.