Ternate – Para pengusaha di Maluku Utara (Malut), khususnya yang bergerak di bidang usaha perdagangan kebutuhan pokok kurang berminat memanfaatkan Kapal Tol laut sewaktu mendatangkan kebutuhan pokok dari Provinsi lain ke daerah ini.
Kepala Dinas Pengindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Malut Asrul Gailea menyatakan pada hari Sabtu 5-8-2017 di Ternate, bahwa alasan pengusaha di Malut kurang berhasrat memanfaatkan Kapal Tol laut sebab Kapal Tol yang melayani daerah ini start dari pelabuhan Makassar, sementara mereka lebih banyak mendatangkan kebutuhan pokok dari Surabaya.
Selain itu, waktu tempuh Kapal Tol laut dari pelabuhan Makassar sampai ke pelabuhan Ternate sekitar 2 minggu, sehingga para pengusaha khawatir kebutuhan pokok yang didatangkan akan rusak di perjalanan, terutama untuk kebutuhan pokok yang tidak bertahan lama.
“Para pengusaha di Malut apabila mendatangkan kebutuhan pokok dari Makassar lebih menyukai menggunakan kapal niaga yang selamai ini melayani rute Makassar-Ternate sebab waktu tempuhnya jauh lebih singkat apabila dibandingkan dengan Kapal Tol laut, yakni hanya sekitar 1 pekan,” ujar Asrul Gailea.
Oleh sebab itu, Disperindag Malut sudah mengusulkan ke pemerintah pusat agar Kapal Tol laut yang melayani Malut waktu tempuhnya dari Makassar ke Ternate lebih cepat, selain itu juga ada Kapal Tol laut yang tujuan Malut berangkat dari Surabaya.
Asrul Gailea menyatakan Disperidag Malut juga mengajukan ke pemerintah pusat agar daerah di Malut yang disinggahi Kapal Tol laut jangan hanya di ibu kota kabupaten/kota seperti Ternate, Tobelo dan Labuha tetapi juga di pulau-pulau terpencil.
Perlunya Kapal Tol laut menyinggahi pula pulau-pulau terpencil sebab harga kebutuhan pokok di pulau-pulau terpencil selama ini sangat mahal sebab tingginya biaya angkut dari Ternate atau ibu kota kabupaten/kota lainnya di Malut yang menjadi sumber untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi pulau-pulau terpencil.
Kepala Disprindag Malut Asrul Gailea menambahkan Malut selama ini harus mendatangkan sebagian besar kebutuhan pokok, seperti beras, bawang merah dan bawang putih, minyak goreng, gula pasir, ayam potong dan telur dari Provinsi lain karena produksinya di Malut sangat terbatas. Dirilis Antara 5 Agustus 2017.