Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Perang Pertahanan Terakhir ISIS di Raqqa, Derita Warga

Dok. Marinir AS berikan bantuan tembakan artileri ke Syrian Democratic Forces di Raqqa, 27/7/2017 (United States Marine Corps)
Perang Pertahanan Terakhir ISIS di Raqqa, Derita Warga 1

ISIS berjuang untuk mempertahankan wilayah terakhirnya di Suriah yang terus terdesak melawan koalisi yang didukung AS maupun pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia.

Menteri Pertahanan AS, Jenderal James Mattis, menyatakan ISIS sekarang terjebak dalam sebuah demonstrasi militer yang menjepit mereka di kedua sisi perbatasan Suriah-Irak sebagai pertarungan untuk membebaskan kota Suriah Raqqa, ibukota de facto ISIS di Suriah.

Gencarnya serangan koalisi AS dan pasukan Suriah yang dibantu Rusia, membuat PBB pada hari Kamis untuk dilakukan jeda kemanusiaan demi mengizinkan sekitar 20.000 warga sipil yang terjebak untuk melarikan diri dari kota Raqqa di Suriah, dan mendesak koalisi pimpinan AS untuk mengendalikan serangan udara yang telah menyebabkan korban jiwa.

“Desakan kami hari ini dari pihak PBB kepada anggota gugus tugas kemanusiaan … adalah perlu melakukan apapun yang memungkinkan orang melepaskan diri dari Raqqa,” ujar Jan Egeland, penasihat kemanusiaan PBB di Suriah, Kepada wartawan di Jenewa.

Amnesty International mengatakan pada Kamis 24-8-2017 bahwa kampanye pasukan gabungan pimpinan AS, yang berperang untuk mengusir ISIS dari Raqqa, Suriah, menewaskan ratusan warga. Warga tersisa di kota tersebut menghadapi ancaman lebih besar ketika pertarungan meningkat dalam tahap akhir.

Kelompok hak asasi juga mengatakan pasukan pemerintah Suriah, yang didukung Rusia, melakukan serangan tidak pandang bulu terhadap warga, termasuk serangan bom curah dan barel, dalam serangan terpisah melawan pemberontak di Selatan kota Raqqa.

“Warga terjebak di kota itu, terkepung serangan dari segala jurusan,” ujar Amnesty dalam laporan. Pasukan Demokratik Suriah sokongsn AS (SDF), terdiri dari pasukan tempur Arab dan Kurdi, harus lebih berhati-hati terhadap serangan mereka di distrik pusat kota.

“Sangat penting bagi semua pihak terlibat dalam kemelut, untuk mengambil semua tindakan pencegahan yang layak, guna mengurangi korban terhadap warga sipil, termasuk menghentikan penggunaan senjata peledak yang berdampak luas di daerah berpenduduk sipil,” jelasnya.

Kelompok ISIS, yang mengambil alih kendali pada tahun 2014 di Raqqa dan sekitarnya dan memanfaatkan warga sipil di kota Suriah Utara itu sebagai tameng manusia serta menembak mereka yang mencoba melarikan diri dengan menggunakan tembakan otomatis dan peledak, ujar Amnesty.

“ISIS tidak akan membiarkan kami pergi, kami tidak mempunyai makanan, tidak ada listrik,” ujar mantan warga Raqqa kepada Amnesty. Sulit untuk menghitungnya berapa banyak orang yang sudah tewas dalam pertempuran di Raqqa.

Beberapa pengungsi yang diwawancarai oleh Reuters mengatakan bahwa serangan udara dan senjata berat sudah menewaskan sejumlah warga sipil, dan wartawan Reuters sudah melihat kerusakan yang besar pada bangunan dan sarana umum sewaktu mereka mengunjungi daerah yang sudah direbut kembali itu.

Pengamat Hak Asasi untuk Suriah yang bermarkas di Inggris, mengatakan bahwa dari 5 Juni 2017 sampai Rabu 23-8-2017 kemarin, sudah tercatat kematian 789 orang warga sipil, 200 orang di antaranya anak-anak, di kota Raqqa sebagai akibat dari serangan bom oleh pasukan gabungan pimpinan AS dan SDF.

Kelompok pemantau Airwars mengatakan kepada Reuters bahwa mereka meyakini antara 725 sampai  993 orang warga sipil kemungkinan sudah tewas akibat serangan pasukan gabungan di kota Raqqa sejak serangan dimulai pada awal Juni 2017.

Ratusan warga lain dilaporkan tewas sesudah ditembaki kelompok ISIS atau terperangkap di ladang ranjau mereka, kata Direktur Airwars Chris Woods.

“Pasukan gabungan sudah mendaftarkan 16 laporan dugaan jatuhnya korban di dekat kota Raqqa dan sekitarnya dari 6 s.d 30 Juni 2017. Mereka menolak 3 laporan itu sebagai suatu tuduhan yang “tidak dapat dipercaya”, sementara 13 laporan lagi sedang menunggu keputusan penilaian,” ujar Amnesty.

Kelompok pemantau itu meminta pasukan gabungan untuk melaksanakan penyelidikan yang lebih terbuka dan prosedur pelaporan mandiri. Sekutu mengatakan bahwa mereka sangat berhati-hati dan sedapat mungkin menghindari jatuhnya korban di kalangan warga sipil dalam aksi pembomannya sewaktu menyerang kelompok ISIS di Suriah dan Irak.

Mereka bersedia dan akan melaksanakan penyelidikan terhadap tuduhan apapun yang ditujukan kepadanya. Pasukan gabungan pimpinan AS itu tidak dapat memberikan angka terbaru ketika dihubungi Reuters.

Share:

Penulis: