Bekasi- Kontraktor proyek pembangunan Jalan Layang Tol Jakarta-Cikampek menggunakan teknologi “Sosrobahu” yang mampu meminimalisasi dampak kemacetan lalu lintas selama pekerjaan berlangsung.
“Teknologi Sosrobahu adalah salah satu produk teknologi karya bangsa kita sendiri yang dapat menekan dampak gangguan lalu lintas akibat pembuatan pier (tiang/ pilar) jembatan,” ujar Pimpinan Proyek PT Jasa Marga Jalan Layang Jakarta-Cikampek Iwan Dewantoro, pada Minggu 3-9-2017 di Bekasi.
Menurut Iwan Dewantoro, pemanfaatan lahan proyek di median Tol Jakarta-Cikampek mulai KM 9 hingga KM 47 tidak berdampak pada penyempitan lajur jalan. Iwan Dewantoro mengatakan bahwa pihaknya sudah menyediakan “detour” atau lajur pengganti di sisi kiri dan kanan tol eksiting sehingga jumlah lajur tetap terjaga layaknya situasi normal.
“Penggunaan teknologi Sosrobahu pada prinsipnya adalah pada saat pembuatan kepala pier dibuat sejajar dengan sumbu jalan. Sesudah itu, baru pemutaran kepala pier dengan Sosrobahu,” ujar Iwan Dewantoro.
Dengan metode pelaksanaan ini, kata Iwan Dewantoro, tidak akan ada dampak kemacetan sebab aktivitas proyek selama pembangunan di tol yang sekarang ini sudah berjalan. Hal ini sebab pembuatan kepala pier dan pemutarannya masih dilaksanakan dalam area kerja.
Terkait dengan masih terjadinya kemacetan pada jam sibuk maupun pada masa libur kerja, Iwan Dewantoro beralasan hal itu akibat dampak dari rasio kapasitas jalan yang belum sebanding dengan volume kendaraan.
“Kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek sebab memang rasio kapasitas jalan berbanding volume kendaraan sudah sekitar 1.3 (macet). Artinya, pada Tol Jakarta-Cikampek memang diperlukan penambahan kapasitas lajur,” ujar Iwan Dewantoro.
Menurut Iwan Dewantoro, proyek Jalan Layang Jakarta-Cikampek bukan hanya poyek investasi, tetapi juga adalah solusi untuk mengurangi impitan kemacetan sebab kurangnya kapasitas jalan yang ada sekarang ini.
Iwan Dewantoro mengatakan bahwa pihaknya sekarang ini juga sedang berkoordinasi dengan 2 penyelenggara proyek lainnya, yakni light rapid transit (LRT) dan kereta cepat yang sama-sama menggunakan lahan tol.
“Jasa Marga melalui konsultan manajemen konstruksi melakukan sinkronisasi jadwal kegiatan pekerjaan yang paling baik dalam mengurangi potensi kemacetan lalu lintas dan juga mekanisme pengaturan lalu lintasnya,” ujar Iwan Dewantoro, yang dirilis Antara.
Iwan Dewantoro menambahkan bahwa proyek jalan layang yang sudah berjalan sejak Juni 2017 diproyeksikan selesai sepenuhnya pada bulan Juni 2019.