Parachinar/ Peshawar, Pakistan, Jakartagreater.com – Dua serangan yang diduga dari pesawat tanpa awak Amerika Serikat pada Selasa 17-1-2017 menewaskan 11 orang di pegunungan perbatasan Pakistan-Afghanistan, menyusul aksi demo sehari sebelumnya yang menewaskan 20 orang, menurut sumber pemerintah dan militan.
Serangan tersebut terjadi beberapa hari sesudah pasangan Kanada-Amerika yang disandera Taliban dibebaskan dari daerah tersebut di Barat Laut Pakistan, menimbulkan catatan positif langka dalam hubungannya dengan AS.
Pada Jumat 13-10-2017, pesawat tanpa awak AS terlihat mengudara di lokasi, tempat seorang warga Amerika Caitlan Coleman, dan suaminya warga Kanada, Joshua Boyle, serta ketiga anak mereka yang terlahir dalam tahanan, dibebaskan, setelah diculik oleh jaringan Haqqani sewaktu wisata beransel di Afghanistan pada 2012.
“Empat pesawat tanpa awak menembakkan 6 misil dalam serangan Senin 16-10-2017, dan 4 orang lainnya tewas dalam 2 serangan pada Selasa 17-10-2017,”ujar Baseer Khan Wazir, pejabat administratif tertinggi di Kurram Agency, bagian dari permukiman suku yang dikelola secara federal oleh Pakistan.
Pesawat tak berawak tersebut menembakkan misil ke tempat persembunyian Taliban, menewaskan sedikitnya 31 orang selama 2 hari, tambahnya, dengan ketiga serangan tersebut terjadi di pihak Afghanistan.
“20 orang tewas kemarin, kebanyakan dari Taliban Afghanistan, dan 11 lainnya tewas dalam serangan hari ini,” kata Wazir. Sumber-sumber Taliban mengatakan 18 anggota militan Haqqani berbasis di Pakistan, yang bersekutu dengan Taliban, tewas dalam serangan Senin 16-10-2017 yahg lalu dan 6 orang lainnya dalam satu serangan pada Selasa 17-10-2017.
“Ada beberapa rumah bangunan terbuat dari tanah liat yang digunakan oleh Mujahidin (pejuang Taliban Afghanistan),” ujar seorang anggota Taliban Afghanistan, yang meminta untuk tidak disebutkan identitasnya.
Tidak ada militan terkemuka yang berada di daerah tersebut sewaktu pesawat tanpa awak itu menargetkan 2 atau 3 kamp yang berbeda, tambahnya. Meski begitu, sumber Taliban lainnya mengatakan 2 komandan tewas dalam serangan pada Senin 16-10-2017.
Saksi mata mengatakan bahwa mereka mendengar pesawat tak berawak itu dan melihat asap tebal sebelum melihat 20 peti mati darurat keluar dari daerah tersebut. Penduduk daerah tersebut mengatakan bahwa aksi demo tersebut tidak lebih dari 300 meter dari perbatasan Pakistan.
“Selalu ada beberapa pesawat tanpa awak kecil mengudara di atas daerah perbatasan ini, tetapi ini adalah pertama kalinya 4 pesawat tak berawak tampak pada saat bersamaan,” ungkap Kurram, penduduk Gulab Sher. (Antara/Reuters)