Baghdad, Irak, Jakartagreater.com – Pemimpin Wilayah Semi-Otonomi Kurdistan Irak Masoud Barzani mengatakan dalam pertemuan tertutup dengan Parlemen, 29-10-2017, dia meletakkan jabatannya pada 1 November 2017, ujar laporan media lokal.
“Saya menolak untuk melanjutkan Jabatan Presiden Wilayah Kurdistan setelah 1 November 2017,” kata media yang berbahasa Kurdi, Rudaw, mengutip surat yang dikirim oleh Barzani ke Sidang Parlemen Regional di Ibu Kota Kurdistan Irak, Erbil.
“Mengubah hukum mengenai Presiden Kurdistan atau memperpanjang masa jabatan presiden tak bisa diterima baik,” kata Barzani. Masoud Barzani mengatakan pertemuan harus diselenggarakan sesegera mungkin sehingga “tak ada kevakuman hukum dalam tugas presiden regional”, demikian laporan Xinhua.
Namun, Barzani berjanji akan melanjutkan misi lamanya sebagai Peshmerga “untuk mengorbankan diri dan berjuang bagi hak dan tuntutan rakyat kita serta memelihara prestasi rakyat kita”, demikian antara lain isi surat tersebut.
Masoud Barzani menetapkan 1 November 2017 sebagai tanggal untuk meletakkan jabatan dan meminta Parlemen melakukan pemungutan suara mengenai pembagian wewenang hukum, militer dan adminstrasi presiden kepada badan kehakiman, parlemen dan pemerintah regional.
Parlemen Kurdistan melanjutkan sidangnya sesudah menerima surat Barzani dan melakukan pemungutan suara untuk menyokong pemilihan Perdana Menteri Regional sekarang ini Nechirvan Barzani sebagai Panglima Tertinggi Pasukan Regional Kurdi.
Jabatan Presiden Masoud Barzani menyulut kontroversi, sebab masa jabatan aslinya berakhir pada 2013, tetapi Parlemen Kurdi memperpanjang masa jabatannya sampai Agustus 2015. Tapi akibat “blitzkrieg” kelompok gerilyawan ISIS, Barzani tetap memangku jabatan.
Parlemen Kurdi mulanya menetapkan 1 November 2017 sebagai tanggal bagi pemilihan anggota parlemen dan presiden regional Kurdistan dan daerah sengketa yang memiliki warga etnik campuran serta diklaim oleh Baghdad dan Kurdistan. Namun, pada 24 Oktober 2017, Parlemen menunda pemilihan anggota parlemen dan presiden regional selama 8 bulan, sesudah pasukan keamanan Irak menguasai Provinsi Kirkuk, yang kaya akan minyak, dan sebagian besar daerah sengketa.
Selama sidang tersebut, puluhan pemrotes yang marah dan setia kepada Barzani menerobos ke dalam gedung Parlemen dan menyerang wartawan yang sedang meliput sidang Parlemen di pintu masuk gedung Parlemen.
Pemrotes mengatakan kepada Rudaw bahwa mereka berada di sana untuk menuntut permintaan ma’af dari anggota Parlemen Rabun Maroof dari blok oposisi di Parlemen, Gorran. Ia dituduh oleh pemrotes menghina Peshmerga dan Presiden Masoud Barzani.
Kekacauan itu bisa dikendalikan setelah polisi anti-huru-hara turun-tangan dan peluru karet terdengar ditembakkan saat personel polisi mengusir pemrotes.
Barzani, 71 tahun seorang pemimpin kawakan Kurdi, memangku jabatan Presiden Pemerintah Regional pada tahun 2005.
Namun jabatan Masoud Barzani sudah menyulut kontroversi, sebab masa jabatannya berakhir pada 19 Agustus 2015. Masoud Barzani juga adalah pemimpin Partai Demokratik Kurdistan sejak 1979. (Antara/Xinhua-OANA).