Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Indonesia-Swedia Kembangkan Sistem Navigasi Penerbangan Digital

ilustrasi : Kokpit Pesawat
Indonesia-Swedia Kembangkan Sistem Navigasi Penerbangan Digital 1

Jakarta, Jakartagreater.com – Direktorat Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan Otoritas Penerbangan Swedia bekerja sama mengembangkan sistem navigasi penerbanngan digital.

Direktur Navigasi Penerbangan Yudhi Sari Sitompul dalam keterangan tertulis pada Kamis 9-11-2017 di Jakarta, mengatakan perlunya pengembangan sistem navigasi penerbangan Indonesia ke arah digital, dilatarbelakangi semakin meningkatnya pergerakan atau trafik lalu lintas penerbangan di Indonesia dengan sebaran yang beragam.

Salah satu indikatornya adalah dimasukkannya Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai satu dari 20 bandara tersibuk lalu lintas penerbangannya di dunia pada periode 2010-2015 oleh Airport Council International (ACI).

“Kami dari Direktorat Navigasi Penerbangan menyambut baik kerja sama dari Pemerintah Swedia ini. Sebab kami mempunyai lebih dari 250 bandara mulai dari yang kecil hingga besar yang perlu dikembangkan sokongan teknologi sistem navigasi penerbangannya. Hal ini untuk menyokong keselamatan, kelancaran dan kenyamanan penerbangan serta efisiensi operasional bandara di Indonesia,” ujar Yudhi Sari Sitompul.

Menurut dia, biaya operasional navigasi penerbangan mencapai 30-40 dari biaya operasional bandara. Jika sistem operasional navigasi penerbangan dilakukan dengan sistem teknologi digital modern, lanjut Yudhi Sari Sitompul akan mampu menurunkan biaya navigasi penerbangan sehingga operasional bandara lebih efisien.

“Swedia telah mengembangkan teknologi remote tower, ATS dan sudah diujicobakan di beberapa bandara. Jadi Swedia mempunyai pengalaman dalam implementasi remote tower ini. Kita bisa belajar dan saling berbagi pengalaman dengan Swedia,” ujar Yudhi Sari Sitompul.

Yudhi Sari Sitompul berharap dari workshop hari ini, Ditnavpen bersama dengan operator atau AirNav Indonesia dapat menyusun suatu konsep kedepan dan mengetahui seberapa mungkin mengaplikasikan atau menganalisa untung dan ruginya model remote tower ATC bila diterapkan di Indonesia.

Sekarang ini Organisasi Penerbangan Internasional (ICAO) terus membut lokakarya terkait praktik rekomendasi dan standar di bidang “remote aircraft” (drone) dan juga remote ATS, termasuk di dalamnya terkait remote tower ATC. (Antara).

Share:

Penulis: