Seoul, Jakartagreater.com – Korea Selatan dan Amerika Serikat menggelar latihan udara bersama terbesar mereka pada Senin 4 Desember 2017, ujar beberapa pejabat, seminggu setelah Korea Utara mengakui telah melakukan uji coba peluru kendali termutakhirnya.
Korut melakukan uji coba peluru kendali tersebut sebagai bagian dari kegiatan pengembangan senjata yang telah menimbulkan kekhawatiran dunia. Latihan tahunan antara Amerika Serikat dan Korsel, yang disebut sebagai “Vigilant Ace”, akan berlangsung hingga Jumat 8 Desember 2017, dengan melibatkan 6 pesawat tempur siluman F-22 Raptor di antara lebih dari 230 pesawat yang ikut ambil bagian.
Korea Utara mengecam latihan gabungan tersebut, dan menganggapnya sebagai tindakan menghasut. Jet tempur F-35 juga akan ikut digunakan dalam latihan, yang juga akan akan melibatkan sejumlah besar jet tempur generasi ke-5, menurut juru bicara Angkatan Udara AS yang berkedudukan di Korea Selatan.
Sekitar 12.000 anggota pasukan AS, termasuk dari Marinir dan Angkatan Laut, akan bergabung dengan pasukan Korea Selatan. Pesawat sebagian akan diterbangkan dari delapan pangkalan militer AS dan Korea Selatan. Laporan media Korea Selatan mengatakan bahwa pesawat pembom Lancer B-1B juga mengikuti latihan pada pekan ini.
Tetapi Juru bicara Angkatan Udara AS tidak memastikan laporan tersebut. Latihan bersama digelar untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan operasional, serta untuk memastikan perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea, ujar militer AS sebelum memulai latihan tersebut.
Kegiatan itu dilakukan seminggu setelah Korea Utara mengaku bahwa pihaknya telah melakukan uji coba peluru kendali balistik antar benua paling mutakhir yang pernah ada, dalam tindakan yang mengabaikan sanksi dan hukuman internasional.
Pyongyang menuduh Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi penyebab membesarnya ketegangan kawasan dan memperingatkan pada akhir pekan lalu, bahwa latihan udara tersebut dapat mendorong ketegangan lebih lanjut di semenanjung Korea, menurut media pemerintah Korea Utara.
Komite Penyatuan Damai Korea Utara menyebut Trump “gila” pada Minggu 3 Desember 2017 dan mengatakan bahwa latihan tersebut akan memicu keadaan yang sudah akut di semenanjung Korea ke ambang perang nuklir.
Kantor berita pemerintah Korut, KCNA, mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri, mengatakan pada Sabtu 2 Desember 2017 bahwa pemerintahan Trump mengharapkan terjadinya perang nuklir dengan menggelar sebuah tindakan berisiko yang sangat berbahaya di semenanjung Korea.
Korea Utara lazim menggunakan media milik pemerintahnya untuk mengancam Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. (Antara/Reuters).