Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Menlu AS dan Rusia Setuju Lanjutkan Diplomasi Soal Korut

dok. Rudal ICBM Korea Utara (KCNA / BNO Newsroom)

Washington, Jakartagreater.com – Amerika Serikat dan Rusia setuju melanjutkan upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis terkait pengembangan rudal nuklir Korea Utara, yang bisa mencapai AS. AS dan Rusia juga menekankan bahwa keduanya tidak menganggap Pyongyang sebagai kekuatan nuklir, kata Departemen Luar Negeri AS, pada Rabu 27 Desember 2017.

Juru bicara Deplu, Heather Nauert, mengatakan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan Menlu Rusia Sergei Lavrov telah melakukan pembicaraan melalui telepon pada Selasa 26 Desember 2017. Pembicaraan di antara keduanya terjadi setelah Washington dan Perserikatan Bangsa-bangsa mengumumkan penerapkan sejumlah sanksi terhadap Korea Utara baru-baru ini.

“Kedua (Menlu, red) membahas kekhawatiran soal program nuklir Korea Utara yang mengganggu stabilisasi serta menekankan bahwa baik Amerika Serikat maupun Rusia tidak menganggap DPRK sebagai kekuatan nuklir,” kata Heather Nauert, dalam suatu pernyataan. DPRK yang disebut Heather Nauert adalah nama resmi negara Korea Utara, yaitu Republik Demokratik Rakyat Korea.

Heather Nauert mengatakan kedua pihak sepakat melanjutkan upaya diplomatik agar dapat mewujudkan semenanjung Korea yang bebas senjata nuklir. Pada Selasa 26 Desember 2017, Rusia menekankan tawarannya menjadi penengah untuk menurunkan ketegangan antara Washington dan Pyongyang, yang telah meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik baru bisa muncul di semenanjung itu.

Moskow mengatakan Segei Lavrov telah mengatakan kepada Rex Tillerson bahwa “retorika agresif Washington” serta peningkatan keberadaan militer AS di kawasan itu telah menyebabkan ketegangan meningkat dan tidak dapat diterima.

Rusia telah berkali-kali mendesak agar perundingan digelar untuk menyelesaikan krisis tersebut. Moskow juga mengatakan Sergei Lavrov telah menggarisbawahi bahwa langkah tercepat perlu diambil untuk beralih dari pernyataan-pernyataan bernada sanksi ke proses perundingan.

Rex Tillerson sendiri telah menekankan cara diplomatik, namun pemerintahan Presiden Donald Trump telah berulang kali memperingatkan bahwa semua kemungkinan akan dipertimbangkan dalam menghadapi Korea Utara, termasuk pengerahan kekuatan militer.

Pada Oktober 2017, Trump mengatakan Rex Tillerson “membuang-buang waktu” dengan mengupayakan negosiasi dengan Korea Utara. Bulan ini, Gedung Putih menindaklanjuti tawaran Menlu Rex Tillerson untuk memulai perundingan, namun dengan syarat bahwa Korea Utara harus memperbaiki sikapnya terlebih dahulu.  (Antara/Reuters).

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest

Penulis: