Mexico City, Jakartagreater.com – Kementerian luar negeri Meksiko pada Kamis 18 Januari 2018 mengulangi pernyataannya bahwa negara tersebut tidak akan membayar pembangunan tembok di sepanjang perbatasan selatan Amerika Serikat dalam keadaan apapun, menyusul serangkaian kicauan Presiden Donald Trump.
Kementerian tersebut juga mengritik pernyataan Trump pada Kamis 18 Januari 2018 pagi bahwa Meksiko adalah “negara nomor satu paling berbahaya di dunia”. “Meskipun Meksiko memiliki masalah pelik dengan kekerasan, jelas tidak benar bahwa Meksiko adalah negara paling berbahaya di dunia,” kata kementerian tersebut dalam pernyataan.
Dengan melihat ke depan untuk pembicaraan terakhir guna mengolah kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) pada akhir bulan Jauari 2018 ini, kementerian itu mengatakan bahwa negara tersebut akan meletakkan kepentingan nasionalnya lebih dahulu sambil mencari hasil, yang menguntungkan semua negara dalam perjanjian tersebut.
Sebelumnya, tanggapan kasar, yang dilaporkan dikeluarkan Presiden AS Donald Trump, juga menyulut kemarahan di seluruh Afrika. Trump dilaporkan menggunakan kata kasar untuk menggambarkan negara Afrika, Haiti dan El Salvador saat membahas masalah imigran dengan anggota parlemen AS pada Kamis 11 Januari 2018.
Ketika berbicara dengan Xinhua, peneliti senior di Kajian Strategis Hubungan Luar Negeri Ethiopia (EFRSS), kelompok pemikir setempat, mengatakan komentar itu akan makin mengikis pengaruh AS di kancah global.
Presiden Donald Trump mengeluarkan satu pernyataan sehari setelahnya yang membantah kata-kata kasar yang dilaporkan disampaikannya, meskipun ia mengaku bahwa ia menggunakan bahasa yang keras dalam pembahasan pada Kamis 18 Januari 2018.
Pernyataan yang diduga diucapkan Presiden Donald Trump telah mengakibatkan kemarahan di seluruh dunia dan para pejabat di negara Afrika, Eropa, dan Amerika Latin serta PBB menyampaikan pengutukan serta memanggil diplomat AS untuk mengajukan protes.
Ayene mengatakan kata-kata tak diplomatis yang digunakan oleh Presiden AS tersebut yang mengejutkan masyarakat diplomatik di seluruh dunia tampaknya akan memiliki dampak jangka-panjang. Uni Afrika (AU) mengeluarkan pernyataan yang menyebut pernyataan yang dilaporkan dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump sebagai membuat geram dan menyakitkan.
“Meskipun menyampaikan keterkejutan, kecemasan dan kemarahan, Uni Afrika sangat percaya ada salah pengertian yang sangat besar mengenai Benua Afrika dan rakyatnya oleh pemerintah saat ini. Ada keperluan serius bagi dialog antara Pemerintah AS dan negara Afrika,” kata pernyataan Uni Afrika.
Pernyataan tersebut juga menyeru Presiden AS agar mengeluarkan permintaan maaf bagi pernyataan yang menyakitkan bukan hanya buat rakyat Afrika tapi juga untuk seluruh dunia.
“Uni Afrika mengutuk pernyataan itu dengan sekeras-kerasnya dan menuntut pencabutan komentar tersebut serta permintaan ma’af bukan hanya buat rakyat Afrika tapi juga kepada seluruh orang keturunan Afrika di seluruh dunia,” tambah pernyataan Uni Afrika tersebut.
Tetapi sebab menyadari Amerika Serikat masih menjadi kekuatan ekonomi dan militer tangguh, pernyataan Uni Afrika itu menyerukan kemitraan strategis yang berlanjut dengan Amerika S.erikat (Antara/Reuters)