Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Biaya Pemeliharaan F-35 Mahal, Pentagon Angkat Tangan

f9c58 us f 35 edwards afb
Jet tempur siluman F-35 Lightning II terbang perdana di Edward AFB. ©U.S. Air Force via wikimedia.org

JakartaGreater.com – Sekretaris Departemen Pertahanan AS bidang Pemeliharaan dan Akuisisi Pertahanan yang baru dilantik, Ellen Lord mengatakan kepada para wartawan bahwa Pentagon saat ini tidak mampu membayar biaya pemeliharaan dari jet tempur F-35 dan berkomitmen untuk mengubahnya, seperti dilansir dari laman Sputnik.

Joint Strike Fighter F-35 adalah program senjata termahal dalam sejarah AS dan tetap merupakan program “paling penting” bagi Pentagon, ujar Lord.

Kepala Staf Gabungan AS mengatakan bahwa kelestarian adalah komponen kunci dari kinerja. Perencanaan pelestarian di depan memungkinkan komunitas akuisisi dan juga persyaratan untuk menyediakan sistem senjata dengan ketersediaan serta kehandalan optimal bagi warfighter yang berharga.

“Jet tempur siluman F-35 yang tersedia untuk melaksanakan misi pada saat ini hanya “sekitar 50 persen” – dari jumlah total yang ada di hangar-, menurut Direktur Uji dan Evaluasi Operasional (DOT & E) Pentagon kepada Kongres. “Terlebih, tingkat ketersediaan ini tanpa ada perbaikan yang signifikan sejak Oktober 2014, meskipun jumlah pesawat telah meningkat”, tambahnya.

Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) telah memberikan kritikan mengenai dampak pemasangan di sisi logistik untuk mempertahankan operasional jet tempur F-35.

“Kemampuan Dephan (DoD) untuk memperbaiki F-35 di depot militer telah mundur selama 6 (enam) dari jadwal, yang menghasilkan perbaikan rata-rata 172 hari – dua kali lipat dari tujuan programnya”, menurut laporan GAO pada bulan Oktober 2017 lalu. GAO juga menemukan bahwa ada kekurangan suku cadang untuk pesawat terbang.

Kantor Akuntabilitas Pemerintah juga menyebutkan bahwa pesawat F-35 AS, mewakili masa depan pesawat tempur taktis untuk militer AS, dan itu merupakan sistem senjata termahal dari DoD, dengan biaya pemeliharaan saja diperkirakan mencapai lebih dari $ 1 triliun untuk siklus hidup selama 60 tahun.

Masalah pada sistem diagnosis peringatan otonom pesawat siluman yang memerlukan komponen baru sangat rentan terhadap alarm palsu atau mendeteksi kegagalan yang sebenarnya tidak ada. Itu bisa menimbulkan malapetaka pada sistem perbaikan “yang sudah kelebihan beban” karena kesalahan mendiagnosis suku cadang. Dan semuanya (komponen) telah dikembalikan kepada para pemasuk setelah sebelumnya dikirim ke pabrik pembuatnya (Lockheed Martin).

Ellen Lord menawarkan sejumlah gagasan tentang bagaimana Pentagon bisa mencapai tantangan biaya pelestarian.

“Ini benar-benar mendekonstruksi program, seperti yang akan selalu Anda lakukan. Salah satu hal yang telah banyak kita bicarakan adalah bahwa kita akan dikendalikan data. Terus terang, kita hanya buang-buang waktu kalau cuma duduk-duduk dengan pendapat dan konsep, jika semua itu tidak didukung oleh kemampuan analisis dan data pendukungnya. Maka dari itu, kita akan menerapkan semua pada F-35” kata Lord kepada Defense News.

Share:

Penulis: