JakartaGreater.com – Angkatan Udara AS secara agresif mengeksplorasi peluang baru dalam teknologi sensor dan kecerdasan buatan, untuk mempertahankan operasional F-22 Raptor sampai tahun 2060 terlebih baik China maupun Rusia juga mempercepat pengembangan jet tempur mereka, menurut pejabat AS dilansir dari laman Sputnik.
Strategi pertahanan nasional Presiden AS Donald Trump memprioritaskan fokus utama pada persaingan kekuatan besar dengan China dan Rusia secara mencolok bermain di bidang superioritas udara.
Yang menjadi catatan Diplomat baru-baru ini menyebutkan bahwa sambil presiden AS mempertahankan hubungan positif dengan rekan-rekannya di China dan Rusia, namun kebijakan pertahanan dan luar negeri Washington berusaha untuk menghukum kedua negara itu dengan berbagai cara.
Sebagai contoh, jet tempur multiperan generasi kelima Su-57 Rusia, yang baru-baru ini menyelesaikan babak uji coba pertamanya dan bersiap untuk menuju uji tempur, tutur Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yuri Borisov pada hari Jumat.
Kementerian Pertahanan Rusia berencana untuk memesan 12 jet tempur Su-57 tahun ini untuk dilakukan pengujian tempur sebelum pesawat masuk tahap produksi massal, menurut penjelasan pejabat tersebut.
Sementara itu, jet tempur superioritas J-20 China yang tercanggih baru saja dilengkapi dengan persenjataan untuk melaksanakan misi di Laut Cina Selatan, ditambah dengan dua skuadron Su-35, karena Beijing berusaha menegaskan kekuatannya di wilayah itu dan wilayah lainnya.
Dilain pihak, jet tempur siluman F-35 Lightning II, AS masih saja berjuang dengan biaya pemeliharaan yang tidak terjangkau, sistem oksigen penerbangan beracun dan kadang terjadi korosi pada bagian material secara berlebihan pada saat produk itu diturunkan dari jalur produksi Lockheed Martin.
Sejumlah masalah membuat F-35 tidak mampu mencapai potensi yang sesungguhnya, seperti ketersediaan hanya sekitar 50 persen untuk terbang dalam waktu singkat, dan kini telah mengalami stagnasi selama lebih dari dua tahun.
Tetapi AS tidak berencana untuk membuang F-35 atau F-22. Sama halnya seperti pada pasangan F-15 dan F-16 dimana F-15 bermesin ganda lebih efektif dalam pertarungan udara-ke-udara, sementara F-16 bermesin tunggal dapat membawa lebih banyak bom untuk mencapai target darat, F-35 akan bertanggung jawab sebagai “pembawa bom” sementara F-22 terus mengambil peran sebagai “superioritas udara”.
Untuk itu, maka jet tempur F-22 perlu untuk tetap beroperasi di sepanjang usia F-35 yang diperkirakan antara 40 sampai 50 tahun ke depan. Angkatan Udara AS, saat ini mengeksplorasi pilihan radar AESA upgrade, persenjataan yang lebih baik, perangkat lunak yang ditingkatkan untuk mampu berkomunikasi dengan F-35 dan ini termasuk AI (kecerdasan buatan) untuk melakukan analisis secara real-time tentang kebutuhan perawatan jet tempur.
Kemungkinan lainnya adalah dengan menambahkan Distributed Aperture System pada F-22 Raptor – memasang kamera di seluruh pesawat untuk memberi pandangan yang tidak terganggu mengenai apa yang terjadi di sekitar jet tempur.
Sejumlah perangkat lunak akan menyampaikan data posisi ke pesawat terdekat secara digital, bukan melalui komunikasi suara, yang berpotensi “dapat diretas”, menurut Ken Merchant, Wakil Presiden Program F-22 di Lockheed Martin.
Jet tempur F-22 akan melanjutkan upgrade mid-life (paruh baya) di tahun 2024.