JakartaGreater.com – Temuan terbaru sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan Jerman menggarisbawahi masalah mendalam yang menghantui angkatan bersenjatanya, seperti dilansir dari laman Sputnik News.
Banyak alat utama sistem senjata (alutsista) di Bundeswehr Jerman tidak sesuai untuk melaksanak latihan ataupun penempatan, tulis sebuah studi Kementerian Pertahanan Jerman terbaru.
Dalam laporan “Kesiapan Operasional Alat Utama Sistem Senjata Bundeswehr 2017”, yang akan dipresentasikan kepada parlemen pada hari Rabu, menyebutkan hanya 39 dari 128 jet tempur Eurofighter Typhoon yang siap digunakan, kurang dari setengah dari 224 Tank Leopard 2 yang siap tempur dan hanya terdapat 5 dari 13 kapal perang Angkatan Laut yang layak untuk berlayar, serta masih banyak lagi temuan lainnya, menurut laporan Deutsche Welle.
Kementerian Pertahanan menyalahkan minimnya gambaran yang tidak bersemangat tersebut pada jumlah yang lebih tinggi dari pada misi pelatihan dan penyebaran sejak pecahnya konflik bersenjata di Ukraina timur yang menurutnya bertanggung jawab atas banyak keausan alutsista yang ada.
Dalam Perbaikan
Melihat sisi baiknya, laporan tersebut menunjukkan adanya perbaikan tertentu dalam status kesiapan tempur dari sebagian besar sistem persenjataan, dengan sekitar 550 senjata kini tersedia untuk penempatan pada tahun 2017 (dibandingkan 2014).
Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa kesiapan alutsista yang digunakan dalam misi luar negeri yang aktif juga lebih tinggi daripada rata-rata dan Jerman kini bersiap untuk memenuhi kewajibannya terhadap aliansi NATO, termasuk penempatan dalam Very High Readiness Joint Task Force (VJTF) – 5.000 pasukan yang sangat mobile dan siaga untuk mencegah serangan terhadap anggota NATO.
Defensif
Menteri Pertahanan Jerman Von der Leyen membela kemajuan Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman) dalam sebuah wawancara media pada hari Selasa.
“Kami tidak dapat menggantikan tahun-tahun pengurangan dan juga pemotongan selama lebih dari 25 tahun”, katanya kepada surat kabar Passauer Neue Presse.
Beliau mengaku bahwa program modernisasi militer senilai $ 200 miliar itu merupakan “jalan yang panjang dan sulit”, dan menegaskan bahwa pemerintah Jerman akan tetap bertahan dalam hal apapun.
Untuk memenuhi kewajiban NATO-nya, Jerman perlu terus meningkatkan pengeluaran militer dari tahun ke tahun sampai tahun 2030. Artinya bahwa Jerman menghabiskan anggaran kurang dari 1,2 persen PDB saat ini untuk pertahanan, yang sudah jauh di bawah komitmen awal sebesar 2 persen yang dibuat oleh Anggota NATO pada tahun 2014.
Laporan Kementerian Pertahanan Jerman itu datang beberapa hari setelah Komisaris Parlemen untuk Angkatan Bersenjata, Hans-Peter Bartels, mengeluhkan “celah besar pada personil dan peralatan” di Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman).