Pulau Batek, NTT, Jakartagreater.com – Dengan sandi Operasi Arung Sakti 18 di bawah Komando Gugus Tempur Laut Wilayah Timur, KRI Raden Eddy Martadinata-331 berpatroli di wilayah perbatasan NKRI dengan Timor Leste.
Pada hari Sabtu tanggal 03 Maret 2018 dalam operasi tersebut KRI Raden Eddy Martadinata-331 dengan Pgs. Komandan Kolonel Laut (P) Sandharianto yang merupakan Alumni AAL angkatan 42 tahun 1996, bertujuan untuk mengamankan dan menjaga kedaulatan NKRI serta melaksanakan fungsi penegakan hukum di wilayah perairan laut Indonesia.
Pulau Batek merupakan pulau tak berhuni dan terletak pada koordinat 09 15’ 30” S 123 59’ 30” T dengan luas 0,1 km2 adalah sebuah pulau kecil yang termasuk dalam Provinsi NTT. Secara geografis, sebelah Utara Pulau Batek berbatasan dengan Laut Sawu dan sebelah Selatan adalah Pulau Timor tepatnya Desa Oepoloi yang berbatasan langsung dengan wilayah negara Timor Leste.
Pulau Batek memiliki nilai strategis sebab merupakan pulau terluar yang berbatasan dengan negara Timor Leste. Dalam rangka menjaga kedaulatan wilayah NKRI (P.Batek), TNI mengirimkan Satuan Tugas Pam Pulau Terluar yang diawaki oleh 10 personel Marinir dari Batalyon 5 Pasmar 1 dan 16 personel Brigif 21 Komodo Yonif Raider Khusus 44.
Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar di Pulau Batek sekarang ini dipimpin oleh Letnan Satu Marinir Wahyu, merupakan Satgas gabungan TNI yang bertugas selama 9 bulan. Satgas ini merupakan contoh bagaimana kerja sama antarmatra di TNI dapat memperkuat kedaulatan wilayah NKRI sampai ke pulau terluar.
Beberapa fasilitas pendukung yang tersedia adalah pembangkit listrik sistem Reverse Osmosis yang dapat mengubah air laut menjadi air tawar, serta alat penguat signal jaringan seluler. Dikarenakan sistem Reverse Osmosis sampai sekarang ini masih belum dapat beroperasi, sumber air tawar di pulau ini masih menggunakan sistem tadah hujan dengan tandon untuk menampung air dimana curah hujan di Pulau Batek sangat jarang.
Terdapat pula pembangkit listrik tenaga matahari dan angin, akan tetapi hanya pembangkit listrik tenaga matahari yang masih bisa beroperasi, sedangkan untuk pembangkit listrik tenaga angin tidak dapat beroperasi.
Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti air tawar dan bahan makanan, Satgas Pam Pulau Terluar P. Batek melakukan pembelian kebutuhan tersebut ke Pulau Timor di Desa Oepoloi dengan menyeberang menggunakan sekoci karet dengan perjalanan ditempuh selama ± 1 jam dengan frekuensi 2 kali dalam 1 minggu.
Kondisi sekarang ini Satuan Tugas Pengamanan Pulau Batek hanya memiliki 1 buah sekoci karet yang tentunya sangat terbatas untuk memenuhi mobilitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pengamanan pulau itu sendiri.
Kehadiran KRI RE Martadinata-331 disambut dengan hangat dan gembira oleh personel Satgas Pam Pulau Terluar P. Batek yang pada intinya adalah untuk menjalin silaturahmi dan memberi dukungan moril kepada rekan-rekan prajurit yang sedang bertugas melaksanakan pengamanan pulau terluar. Tak lupa juga KRI RE Martadinata-331 membawa sedikit buah tangan berupa air mineral dan Sembako.
Secara umum, keberadaan Satgas Pam Pulau Terluar P.Batek ini sangat penting dan dibutuhkan sebagai ujung tombak penjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah NKRI. Jalesveva Jayamahe, justru dilautan kita jaya. (Dispen Armatim).