Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Pentagon Pun Mengaku Tidak Berdaya Hadapi Senjata Rusia

6244b us bmds
Ballistic Missile Defense System Overview © US-MDA via Wikimedia Commons

JakartaGreater.com – Komando Strategis AS dilaporkan telah membagikan pemahaman kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan keprihatinan atas rudal antar-benua baru yang ‘tak terkalahkan’ dan torpedo nuklir milik Rusia selama panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti dilansir dari Sputnik.

Dalam kesaksian dihadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, Pimpinan StratCom (Komando Strategis AS) Jenderal John Hyten berusaha untuk menemukan kata-kata yang tepat sebelum mengakui bahwa tidak ada satu pun di gudang senjata AS yang dapat menghentikan senjata hipersonik terbaru buatan Rusia.

“Kita memiliki kesulitan… Pertahanan kita hanyalah kemampuan pencegah. Kita tidak memiliki pertahanan yang bisa menangkis kerja senjata semacam itu, jadi respon kami adalah kekuatan pencegah kita, yang merupakan tiga serangkai atau triad dan kemampuan nuklir yang harus kita gunakan untuk menghadapi ancaman semacam itu”, kata Hyten, menanggapi pertanyaan Senator Jim Inhofe tentang pertahanan seperti apa yang bisa dilakukan AS terhadap ancaman rudal hipersonik Rusia.

Mengomentari proposal yang telah digariskan dalam Nuclear Posture Review di bulan Februari, Hyten mengatakan bahwa AS mungkin mempertimbangkan untuk menyebar rudal nuklir “low-yield” dari kapal selam demi menanggapi rencana Rusia untuk medan perang nuklir.

Komandan StratCom mencatat bahwa senjata-senjata ini, bersama dengan triad rudal balistik antar benua berbasis darat Amerika yang ada, pembom strategis serta rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam, akan menjadi penghalang terbaik melawan Rusia, China atau Korea Utara. Pada saat ini, ia mengakui, bahwa Rusia dan Cina secara agresif mengejar kemampuan hipersonik, sementara senjata hipersonik AS sendiri masih tetap di tahap konsep atau pengujian.

Pengakuan Hyten yang mengejutkan itu, mungkin menandakan dimulainya peralihan kebijakan nuklir Pentagon dalam satu setengah dasawarsa terakhir, yang melihat soal penarikan mundur AS dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik dan penciptaan perisai rudal di perbatasan sebelah barat Rusia.

Moskow telah berulang kali menekankan bahwa pemerintah Rusia memiliki kebijakan tidak menggunakan nuklir, kecuali dalam kasus di mana adanya serangan konvensional yang mengancam keberadaan negara Rusia.

Kekhawatiran Hyten juga rupanya digemakan oleh pihak Gedung Putih. Menurut laman New York Times, dalam sebuah panggilan telepon ke Presiden Vladimir Putin pada hari Selasa, Presiden Trump telah menyuarakan keprihatinannya atas pidato baru-baru ini kepada anggota parlemen, di mana Putin telah membahas pembuatan dan penyebaran rudal jelajah ultra-jauh yang tak terbendung dan termasuk torpedo nuklir yang mampu “mengakali” semua sistem pertahanan strategis AS.

Selama panggilan telepon tersebut, Presiden Trump juga menyombongkan bahwa AS telah menghabiskan sekitar $ 700 miliar untuk meningkatkan kemampuan militernya, dan bahwa Rusia akan kalah dalam perlombaan senjata baru.

Pada tanggal 1 Maret, Putin mengumumkan serangkaian sistem persenjataan terbaru Rusia yang dirancang untuk melayani sebagai respon asimetris terhadap pertahanan rudal AS dan penyebaran pasukan NATO di wilayah perbatasan Rusia.

Share:

Penulis: