Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Rudal Kh-32 Rusia Kini Mulai Operasional (Bagian 2)

Pesawat pembom strategis Tu-22M3 membawa rudal jelajah anti-kapal Kh-32 buatan Rusia. © Pravda.ru via Youtube

JakartaGreater.com – Jajaran rudal baru yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin menarik perhatian besar. Namun, mereka belum beroperasi atau menjalani operasi uji coba. Pada tahun 2016, rudal anti-kapal Kh-32 untuk pembom strategis Tu-22M3 itu mulai beroperasi, seperti dilansir dari laman Navy Recognition.

“Karakteristik rudal anti-kapal Kh-32 yang sangat tinggi telah mengubah keseimbangan dalam peperangan di samudera dan teater laut”, menurut Konstantin Sivkov, pakar di Militer-Industrial Courier.

Sumber terbuka tidak menyediakan data pada jangkauan hulu ledak SM-6. Ukuran dan berat rudal dapat menunjukkan bahwa itu dapat melihat pesawat dengan rasio gema efektif 5 km persegi pada jarak 15 – 20 km. Sementara rasio gema efektif rudal Kh-32 adalah 0,5 km persegi, sehingga jangkauan hulu ledak SM-6 adalah 8-12 km.

Tembakan pada rudal anti kapal akan secara alami dibagian kepala selama perjalanan. Itu berarti kedua rudal akan mendekati satu sama lain dengan kecepatan 2.200 – 2.330 m/detik yang hanya menyisakan 3 – 4 detik pada manuver yang mendekat. Probabilitas hit rendah khususnya pada ketinggian diatas batas dimana atmosfer dijernihkan sangat mengurangi kemampuan manuver.

Ini berarti SM-6 harus diluncurkan dengan kesalahan tidak lebih dari 30 – 40 m agar berhasil menghantam Kh-32 dalam penerbangan. Probabilitas hit dari sebuah Kh-32 yang tereduksi pada lapisan atmosfer padat juga dibatasi oleh waktu penerbangan ke titik misi, sekitar 20 detik.

Perhitungan menunjukkan probabilitas hit Kh-32 oleh sebuah SM-6 hampir tidak lebih dari 0,05 – 0,08 bahkan dalam kondisi yang menguntungkan dan langsung membidik dari operator. Probabilitas hit dengan data dari pesawat AWACS mendekati nol yakni 0,01 – 0,02 karena kesalahan dalam menentukan lokasi dari operator dan juga sumber penargetan serta waktu untuk bertukar informasi. Ini berarti bahwa rudal paling efektif yang dimiliki oleh AS dan NATO yakni Aegis SM-6 memiliki kemampuan rendah untuk menyerang Kh-32.

Yang keberatan akan mengatakan bahwa AS menembakkannya dari kapal jelajah kelas Ticonderoga dan mampu menabrak satelit terbang pada kecepatan 27.000 km/jam pada ketinggian 240 km. Tetapi satelit tidak mungkin bermanuver dan posisinya justru ditentukan setelah pengamatan panjang yang membantu membawa rudal langsung ke sasaran. Tidak akan ada kemungkinan seperti itu dalam menangkis serangan rudal dari Kh-32 yang mampu bermanuver.

Diperlukan perkiraan probabilitas hit kapal jelajah rudal kelas Ticonderoga atau perusak kelas Arleigh-Burke untuk menyerang rudal Kh-32. Jangkauan radar mereka untuk bisa mendeteksi rudal Kh-32 pada ketinggian 40 km diperkirakan antara 230 – 270 km.

Itu berarti rudal Kh-32 akan mendekati targetnya dalam waktu kurang dari tiga menit setelah terdeteksi. Waktu operasional sistem Aegis sendiri adalah sekitar 30 – 35 detik antara waktu deteksi dan peluncuran SM-6. Dalam sisa waktu tersebut dua peluncur universal Mk.41 dapat menembakkan sekitar 20 – 30 rudal yang mampu menyerang serta menghancurkan rudal Kh-32.

Probabilitas hit oleh Phalanx Vulcan hampir tidak ada sama sekali. Oleh karena itulah, Ticonderoga atau Arleigh-Burke berpotensi menghancurkan salah satu dari dua rudal Kh-32. Itu berarti kedua kapal perang tersebut dapat menghancurkan 2 – 4 Kh-32.

Ada juga peperangan elektronika berupa tipuan aktif dan gangguan pasif. Ada cukup waktu untuk itu dan serangan rumit mereka dapat mengganggu penargetan hingga taraf tertentu. Waktu operasional senjata pernika dari kapal perang dan hasil efisiensi yang diharapkan dalam kemungkinan maksimum mencapai 30 – 40 persen.

Jika terjadi serangan pada sebuah grup, sangat mungkin bahwa hulu ledak yang ada akan mengunci target lain. Selama pertempuran Falkland, sebuah kapal induk Inggris menyerang dengan jamming pasif dan rudal Exoset mengubah target menyerang dan menenggelamkan kapal kontainer Conveyor Atlantik.

Kecepatan rudal jelajah Kh-32 memberikan waktu pada kapal perang lain dalam formasi di mana hulu ledak dapat mengunci untuk menyerang menggunakan jammer dan juga mengalihkannya.

Itu berarti sebuah grup yang berisi kapal jelajah rudal atau kapal perusak tidak mampu menangkis serangan dari dua pembom strategis Tu-22M3 yang membawa dua rudal Kh-32 masing-masing bahkan. Dalam kondisi yang menguntungkan, setidaknya satu kapal perang akan rusak dengan probabilitas 60 – 70 persen. Sebuah serangan oleh 3 pesawat Tu-22M3 dengan 6 rudal Kh-32 pasti akan bisa menghancurkan kedua kapal perang tersebut.

Salvo 24 rudal Kh-32 pada grup tempur kapal induk akan berakibat fatal. Probabilitas untuk menghancurkan atau menenggelamkan kapal induk dengan 2 atau 3 unit kapal pengawal adalah 75 – 85 persen. Pesawat Rusia akan menyerang dari luar zona operasi jet tempur musuh. Ini berarti serangan oleh 12 unit Tu-22M3 dengan masing-masing dua rudal Kh-32 akan cukup untuk menghancurkan grup tempur kapal induk dengan probabilitas tinggi.

Sebuah grup dengan 2 atau 3 kapal induk dapat dihancurkan oleh serangan 2 resimen Tu-22M3 dengan 72 rudal Kh-32. Mereka dapat menembak dari jarak 2.000 – 3.000 km dari pantai Rusia, jauh sebelum armada kapal induk tersebut tiba di titik pertemuan peluncuran pesawatnya.

Bahkan armada penerbang jarak jauh yang terbatas akan sangat mampu menetralkan formasi kapal induk AS. Namun, mereka harus benar ditujukan pada target dan dibela oleh jet tempur pesisir Rusia. Jika tidak disediakan perlindungan, maka potensi Kh-32 tidak akan dapat diterapkan.

Amerika Serikat memang secara aktif mengembangkan rudal hipersonik tetapi sejauh ini tidak ada data tentang desain senjata yang menyerupai kemampuan Kh-32. Rusia kemungkinan akan mendominasi di bidang itu selama sepuluh tahun ke depan dan mungkin lebih.

Masih perlu mempersenjatai pesawat dengan jumlah rudal yang memadai. Pasukan membutuhkan setidaknya 250 – 300 rudal semacam itu. Tetapi Angkatan Laut dan Angkatan Udara Rusia tidak mungkin mendapatkan rudal dalam jumlah yang memadai karena keadaan ekonomi dan industri pertahanan, serta konversi yang akan datang. Itu berarti rudal Kh-32 akan tetap menjadi senjata Rusia yang luar biasa namun langka.

Produksi massal rudal Kh-32 berarti revolusi dalam seni Angkatan Laut. Paritas relatif dalam keseimbangan serangan-pertahanan akan digantikan oleh situasi ketika potensi serangan akan jauh melampaui kemampuan pertahanan.

Ulasan itu menganalisis alutsista asing paling sempurna dan kemampuan alutsista lain yang jauh lebih rendah daripada Aegis dan SM-6.

Memang penting untuk bisa merancang metode dan bentuk-bentuk baru peperangan angkatan laut, khususnya penghancuran kekuatan-kekuatan permukaan musuh serta promosi kelangsungan tempur pasukan. Peningkatan yang memadai daripada potensi pertahanan udara dari kapal perang kemungkinan akan menuntut peninjauan dasar konseptual dari sistem tersebut. Ini akan memakan waktu antara 10 – 15 tahun atau mungkin lebih, menurut Konstantin Sivkov.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest

Penulis: