JakartaGreater.com – Pasukan militer AS menghadapi ancaman yang makin berkembang dari pesawat terbang tanpa awak canggih dan sering mematikan, karena proliferasi yang luas dari senjata terkait dan teknologi pengawasan yang sampai saat ini sebagian besar berada di tangan negara-negara sahabat, menurut laporan terbaru dari Kepala Staf Gabungan yang dilansir dari laman situs RAND Corporation.
Penyebaran teknologi secara global seharusnya dikendalikan oleh sistem kontrol ekspor yang dibuat oleh Barat untuk memblokir penyebaran rudal canggih, akan tetapi sistem itu gagal menghalangi perkembangan drone yang memiliki potensi pengawasan dan kekuatan destruktif oleh musuh potensial Amerika, tulis laporan itu.
Negara-negara seperti China, Rusia, Iran dan bahkan Uni Emirat Arab tidak hanya dapat memproduksi drone mematikan, tetapi dalam beberapa kasus mereka bahkan mengekspor baik drone dan teknologi yang mendasarinya.
Hingga saat ini, drone militer yang paling canggih telah digunakan oleh hanya sekitar 10 negara, namun jumlah itu akan meluas, menurut laporan para analis di RAND Corporation sebanyak 70 halaman kepada Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford, Jr.
China saat ini bahkan sedang membangun pabrik di Arab Saudi yang dimaksudkan untuk memproduksi drone CH-4 yang dapat beroperasi selama 14 jam sambil membawa rudal anti-armor dan sensor pelacak panas serta menawarkan untuk mendirikan pabrik drone di tempat lainnya seperti Pakistan dan Myanmar, menurut laporan tersebut. China juga bisa menggunakan pabrik tersebut untuk memproduksi drone CH-5 yang memiliki kemampuan lebih baik untuk membawa peluru kendali presisi dan beroperasi selama 39 jam.
Dalam ilustrasi tentang bagaimana rutinitas penyebaran tersebut, CH-4 saat ini bahkan sudah ditempatkan di bandara Regional Jirzan Saudi, berdekatan dengan drone Predator buatan AS yang dimiliki oleh Uni Emirat Arab yang beroperasi dari pangkalan udara yang sama, menurut foto satelit yang dianalisis oleh para ahli di Bard College.
Sementara itu, Uni Emirat Arab menjual drone buatan mereka sendiri ke Rusia sementara juga menawarkan peluang produksi bersama kepada negara lainnya. Jerman dan mungkin Italia telah bergerak menuju produksi serta mengekspor drone canggih yang sama.
“Berkembangnya UAV berukuran besar telah semakin cepat”, menurut laporan tanggal 14 Juni, yang berjudul “Assessment of the Proliferation of Certain Remotely Piloted Aircraft Systems”, yang diperintahkan oleh Kongres Amerika Serikat.