JakartaGreater.com – Ketika Angkatan Udara AS bersiap-siap untuk mengumumkan hasil kompetisi jet trainer T-X musim panas ini, pimpinan Lockheed Martin Aeronautics yakin tawaran bersama dengan Korea Aerospace Industries tidak akan terhambat oleh skandal terbaru yang melibatkan para eksekutif KAI, seperti dilansir dari laman Defense News.
Pekan lalu Washington Post melaporkan bahwa KAI telah menerima kontrak dari Angkatan Udara AS untuk perawatan jet tempur F-16 tanpa mengungkap bahwa beberapa mantan eksekutifnya telah didakwa dalam kasus korupsi.
Para eksekutif dituduh menyuap, menggelapkan dan atau mencurangi pemerintah Korea Selatan, dimana para ahli mengatakan kepada Washington Post bahwa seharusnya KAI telah mengubah pengajuan sebelumnya, seperti yang dipersyaratkan dan perusahaan bisa mendapat pengawasan lebih besar.
Orlando Carvalho, wakil presiden eksekutif dari divisi aeronautik Lockheed, mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan masalah itu akan terjadi pada kompetisi T-X, dimana KAI dan Lockheed bermitra untuk menawarkan T-50A.
“Masalah KAI adalah antara KAI dan Angkatan Udara serta pemerintah”, katanya kepada Defense News. “Kami tidak memiliki keterlibatan atau partisipasi dalam semua itu. Ini berkisar pada kontrak yang KAI miliki langsung dengan Angkatan Udara, itu di luar apa pun yang kita lakukan dengan KAI”.
Lockheed masih belum dihubungi oleh Departemen Pertahanan AS atau Angkatan Udara AS untuk informasi tambahan mengenai hubungannya dengan KAI, katanya.
“Harapan kami adalah bahwa KAI akan terus mengatasi dan pada akhirnya menyelesaikan masalah ini, dan harapan kami adalah mereka akan melakukannya dengan bijaksana dan memungkinkan semuanya untuk berkembang dengan tepat di sisi APT – Advanced Pilot Trainer atau nama lain dari Program T-X”, kata Carvalho.
KAI menjadi sorotan awal bulan ini, ketika terungkap bahwa perusahaan telah membayar $ 150.000 kepada Michael Cohen yang paling dikenal sebagai mantan pengacara pribadi Presiden AS Donald Trump untuk layanan konsultasi.
Pemberitaan yang buruk terjadi karena Angkatan Udara berada di ambang untuk memberi kontrak jet pelatih T-X pada musim panas ini. Keseluruhan program untuk pengadaan 350 pesawat yang bernilai $ 16,3 miliar dan penjualan lebih lanjut secara internasional atau ke Angkatan Bersenjata AS lainnya dapat dimungkinkan.
Lockheed dan KAI T-50A akan bersaing dengan desain clean-sheet yang diusulkan oleh Boeing dan Saab serta versi dari jet pelatih Leonardo M-346, yang kini dioperasikan oleh Italia, Singapura dan Israel serta dipasarkan di Amerika Serikat sebagai T-100.
T-50A adalah versi supersonik dari jet pelatih T-50 buatan perusahaan Korea yang telah digunakan oleh Angkatan Udara Korea Selatan, Indonesia, Irak dan Filipina.
Hubungan Lockheed dengan KAI dalam beberapa dekade ini terus menjadi “sangat kuat”, kata Carvalho. Kemitraan ini dimulai sejak tahun 1990-an, ketika KAI menghasilkan versi F-16 secara domestik di Korea Selatan. T-50, pesawat supersonik pribumi pertama Korea Selatan, sangat dipengaruhi oleh desain F-16.
T-50 dipandang sebagai pelopor utama untuk kompetisi T-X (APT) oleh beberapa analis, yang menghubungkannya dengan kemampuan kinerja pesawat yang tinggi serta fakta bahwa itu sudah dalam produksi. Pengalaman Lockheed pada program F-35 juga dilihat sebagai keuntungan, karena T-X akan digunakan untuk melatih pilot F-35.
Tanggal kontrak T-X yang diproyeksikan telah mundur satu kali, dari sebelum akhir tahun 2017 hingga musim panas ini, tetapi Angkatan Udara menyatakan akan mempertahankan jadwal yang ada saat ini.
Carvalho mengatakan tingkat pertanyaan pemerintah AS kepada pesaing melambat, dan harapannya adalah bahwa hal itu bisa segera meminta data harga akhir dari perusahaan sebagai tanda bahwa pilihan ke segera diputuskan.
“Harapan kami adalah kami akan segera melihat permintaan [harga akhir] itu”, katanya. “Harapan kami adalah bahwa kami akan melihat permintaan pada bulan Juli, dan semoga itu akan memungkinkan pemilihan sumber pada bulan Agustus atau sebelumnya”.
Jika ternyata T-50A gagal memenangkan tender T-X, Carvalho mengatakan bahwa LM akan mencari peluang lain untuk membantu KAI menjual pesawat di pasar internasional. Salah satu kemungkinan adalah sebagai pengganti jet pelatih T-45 Angkatan Laut AS, meskipun mereka harus memastikan bahwa T-50 bisa memenuhi syarat untuk mendarat di dek kapal induk.