JakartaGreater.com – Berbicara soal kekuatan militer kontemporer, maka kemungkinan besar akan menempatkan peringkat Amerika Serikat sebagai Angkatan Udara terkuat dari kekuatan saingan. Dan menurut analisis Angkatan Udara Dunia tahun 2018 dan situs Flight Global menunjukkan bahwa Washington menguasai 25% armada udara global: mengesankan, bahkan ini seperti gabungan dari arsenal China dan Rusia dijadikan satu.
Namun panjangnya era superioritas udara AS semakin terancam, sebagai akibat dari proliferasi sistem pertahanan udara canggih serta kemunculan pejuang siluman yang dikembangkan oleh Beijing dan Moskow.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mitchell Institute menunjukkan bahwa armada pesawat tempur dan penyerang Angkatan Udara AS telah banyak menyusut setelah Perang Korea, yang semula dari lebih 9.300 unit dan sekitar dua tahun yang lalu hanya ada di bawah 2.000 unit.
Faktor-faktor yang berkontribusi termasuk berakhirnya Perang Dingin dan fokus layanan pada peluncuran platform stealth yang sangat mampu, tapi jauh lebih mahal seperti Lockheed Martin F-22 Raptor dan Northrop Grumman B-2 Spirit. Tren tersebut bahkan terus berlanjut dengan Lockheed Martin F-35 yang baru.
Itu semua sungguh mengkhawatirkan bagi Pentagon. Menurut sebuah analisis yang dilakukan oleh lembaga pemikir Rand Corporation menyimpulkan bahwa semua diproyeksikan terhadap empat skenario operasional masa depan, termasuk ketegangan yang meningkat dengan China atau Rusia, sehingga inventaris besar USAF akan gagal dalam semua hal, baik dalam kapasitas maupun kemampuan.
Kurangnya anggaran untuk membeli lebih banyak pesawat yang paling canggih demi mengatasi kekurangan tersebut, Angkatan Udara AS sekarang mengeksplorasi cara lain untuk mengatasi keterbatasan operasional. Mereka berkutat untuk memperoleh armada pesawat turboprop dan pesawat tempur ringan dalam jumlah besar, sebagai alternatif yang lebih murah untuk dipakai dalam kondisi jinak, serta memperkenalkan apa yang disebut kemampuan “Loyal Wingman”.
Dibayangkan sebagai kendaraan udara tak berawak semi-otonom yang terbang bersama sebuah jet tempur tradisional dan berpotensi dalam jumlah yang signifikan, “loyal wingman” itu akan membuktikan kemahiran dalam mengambil tugas-tugas “membosankan, kotor dan berbahaya” karena terlalu sulit atau berisiko bagi pilot manusia untuk melakukannya.
UAV yang ada sekarang ini tidak memiliki kinerja penanganan dan kemampuan bertahan untuk melakukan tugas-tugas seperti itu, tetapi perusahaan start-up seperti Kratos Defense & Security Solutions dan Sierra Technical Services berpotensi menyediakan Loyal Wingman untuk sebagian kecil dari harga yang ditawarkan F-35.
Para pilot ingin menerbangkan pesawat yang paling mampu tetapi mahal yang dapat diproduksi oleh industri pertahanan. Karenanya USAF mulai menghargai bahwa kuantitas akan memiliki kualitas tersendiri.