JakartaGreater.com – Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenburg pada tanggal 14 September 2018 membuat pernyataan mengejutkan bahwa akuisisi Turki atas sistem S-400 Rusia adalah hak mereka, seperti dilansir dari Anadolu.
“Ini merupakan sebuah tantangan dan ada perselisihan antara Turki dan Amerika Serikat mengenai masalah Ankara yang membeli S-400”, tutur Stoltenburg dalam sebuah pernyataan. “Bagi NATO, yang paling penting adalah sistem yang berbeda dapat bekerja bersama”.
Meski NATO enggan menghukum Turki atas kesepakatan S-400 dengan Rusia, namun AS selalu menganggap bahwa kepemilikan Turki atas sistem rudal permukaan ke udara S-400 tersebut tidak menguntungkan Amerika Serikat dan menggarisbawahi langkah-langkah balasan AS atas senjata ini.
Pengumuman itu dibuat oleh Komandan Angkatan Udara AS Tod Wolters ketika dia berbicara kepada media tentang bahaya yang dihadapi Barat ketika Turki mengambil alih produksi sistem pertahanan udara S-400.
Akuisisi Turki terhadap sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara S-400 Rusia akan membantu Moskow mengumpulkan informasi tentang kemampuan deteksi dan banyak fitur luar biasa dari pesawat tempur siluman F-35 produksi Amerika dalam konteks F-35 secara bertahap mengambil kendali kuat di Eropa.
“Apa yang dapat dilakukan S-400 adalah mengumpulkan informasi untuk lebih memahami kemampuan F-35 dan kemudian mendorong NATO pada posisi yang kurang menguntungkan”, katanya. Meskipun Rusia bersikeras bahwa S-400 mampu menangkal setiap serangan udara yang dilancarkan AS.
Untuk menghadapi sistem pertahanan udara canggih seperti S-400, perlu membatasi penggunaan jet tempur siluman F-35, serta meningkatkan penggunaan artileri, rudal, infantri dan UAV untuk mendukung kekuatan serangan.
Dengan menggunakan metodologi tersebut mungkin dapat meminimalkan risiko F-35 ditembak jatuh. Namun, semua akan secara signifikan mengurangi kekuatan serangan udara militer AS.
Solusi berikutnya yang dikembangkan oleh Jenderal Tod Wolters adalah menggunakan jet tempur pernika, EA-18G Growler untuk melawan tembakan pertahanan udara Rusia. Namun, metode ini dianggap akan cukup berbahaya bagi pesawat itu sendiri.
Berbicara tentang alasan untuk menggunakan EA-18G, Jenderal Angkatan Udara AS itu menyarankan bahwa pesawat tersebut dapat membuat serangkaian target yang nantinya diasumsikan untuk melindungi target dengan membodohi radar dari sistem pertahanan udara musuh.
Rencana alternatif berikutnya adalah meluncurkan rudal jelajah jarak jauh langsung ke pangkalan militer Rusia di mana sistem pertahanan udara S-300 dan S-400 dikerahkan.
Setelah menunjukkan ketiga cara alternatif untuk menghadapi sistem pertahanan udara Rusia, Jenderal Tod Wolters mengakui bahwa tidak peduli bagaimana Amerika Serikat dan sekutunya memilih keputusan apa saja, Rusia pasti akan ditentang oleh AS.
Dengan demikian, S-400 masih tetap menjadi ancaman utama bagi Amerika Serikat dan sekutu baratnya setelah Turki secara resmi memiliki senjata canggih ini. Namun NATO tidak berpikir demikian, dengan alasan bahwa S-400 dapat menjadi “tim” dari sebagian besar senjata militer yang ada.