JakartaGreater.com – Foto dari helikopter tempur medium Z-10 tampaknya kini sedang tren di forum-forum militer online, mendorong seorang analis China pada hari Kamis untuk mencatat bahwa Z-10 adalah peralatan militer yang hemat biaya dengan potensi besar untuk di ekspor ke pasar senjata global, seperti dilansir media PLA, China Military.
Foto terbaru menunjukkan helikopter berkamuflase gurun dengan stensil “Z10ME001” di ekor, mirip dengan prototipe yang dipublikasikan desainer helikopter Z-10, China Aviation Industry Corporation (CAIC) pada tahun 2016 silam.
Z-10ME adalah versi upgrade dari helikopter tempur Z-10 yang digunakan oleh Angkatan Darat dan Angkatan Udara PLA, menurut laporan tahun 2016 yang diterbitkan majalah militer China, Ordnance Industry Science Technology.
Sebuah mesin baru yang akan dipasang dapat meningkatkan daya maksimum helikopter dari 935 kilowatt menjadi 1.200 kilowatt, menurut lapor majalah itu. Pada varian Z-10ME juga telah meningkatkan mobilitas, perlindungan dan daya tembak.
Menurut komentator televisi, Song Zhongping bahwa helikopter tempur medium seri Z-10 dapat diadaptasi untuk beroperasi di gurun pasir dan laut. Z-10 ini juga dapat menyesuaikan dengan cuaca yang berbeda.
“Banyak negara di Timur Tengah, Asia Tenggara dan Amerika Selatan membutuhkan helikopter serang medium yang harganya lebih murah daripada AH-64 buatan AS namun dengan daya tembak yang cukup”, kata Song.
Song mengacu pada Z-10 sebagai pilihan yang hemat biaya, di mana Tiongkok menikmati hak kekayaan intelektual penuh. “Oleh karena itu, kita (China) dapat menawarkan layanan purna jual yang efektif dan bahkan menerima pinjaman dan sejumah transfer teknologi”, kata Song.
Helikopter Z-10ME mungkin memulai debut secara publik di Pameran Udara Zhuhai yang akan diadakan di Provinsi Guangdong China pada bulan November. PLA telah memiliki Z-10 selama sekitar satu dekade, dan kini adalah “waktu untuk menjelajahi pasar global”.
Pembeli potensial untuk helikopter tempur medium Z-10ME ini termasuk Pakistan, Thailand, Malaysia, Iran, Arab Saudi dan Kuwait.