Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Analis: Rusia Yang Akan Operasikan S-300 Suriah

736ec rusia peluncuran s 300
Peluncuran rudal dari sistem S-300 Rusia dalam latihan Vostok 2018 © Kemhan Rusia via Youtube

JakartaGreater.com – Menurut pakar militer AS, Dave Majumdar, meskipun Rusia telah mengumumkan pengiriman S-300 untuk Suriah, Moskow kemungkinan akan menjadi operator langsung dari sistem rudal jarak jauh tersebut, menurut National Interest.

Untuk dapat mengoperasikan sistem pertahanan udara S-300, militer Suriah setidaknya harus menjalani pelatihan selama satu tahun. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan bahwa insinyur Rusia akan bertanggung jawab atas kendali rudal bahkan jika itu telah diserahkan kepada Suriah.

“Saya pikir sangat tidak mungkin bahwa Suriah akan mengoperasikan sistem S-300 tanpa bantuan penasihat Rusia dalam jangka menengah”, kata peneliti Michael Kofman dari US Naval Research Center.

Editor National Interest, Dave Majumdar mengatakan, mempertimbangkan fakta bahwa tentara Suriah adalah yang menghancurkan Il-20 Rusia, Moskow mungkin tidak akan mengambil risiko membiarkan pasukan Suriah langsung mengoperasikan sistem S-300 yang inovatif tersebut, setidaknya saat ini.

Para pakar AS mengatakan, bahwa ketika Rusia menyatakan akan melengkapi Suriah dengan sistem kontrol otomatis yang hanya tersedia bagi Angkatan Bersenjata Rusia, berarti Moskow berencana untuk mengendalikan semua sistem pertahanan udara Suriah secara default.

Bahkan, untuk memastikan bahwa militer Suriah yang kurang terlatih tidak dapat secara sembarangan menyerang pasukan teman-teman mereka dalam situasi kritis, mereka harus membongkar serangan itu.

Berbicara tentang situasi yang diserahkan kepada pasukan tempur Suriah, pakar militer Amerika mengatakan itu tidak akan terlalu sulit bagi Angkatan Udara Israel jika mereka ingin menghancurkan S-300.

Untuk alasan ini, pakar militer AS mengatakan bahwa di tahap awal ketika sistem S-300 diserahkan ke Suriah, senjata itu masih akan dioperasikan oleh Rusia dan berkoordinasi dengan sistem pertahanan udara Suriah lainnya untuk bisa meningkatkan kemampuan tempur.

Butuh lebih banyak waktu

Menurut analis militer Dmitri Safonov, untuk dapat mengoperasikan sistem pertahanan udara S-300, seorang prajurit akan butuh lebih dari empat tahun pelatihan. Akan tetapi setelah seleksi yang ketat, tidak semua calon operator dapat mencapai garis finish untuk menjadi operator sistem S-300.

Pelatihan prajurit dibagi menjadi dua fase. Fase pertama adalah studi tentang teori ruang udara dan bagaimana cara mencegahnya.

“Setiap perangkat komputasi S-300 mengkomunikasikan rencana tindakan yang ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan potensial dan senjata rudal dari sistem pertahanan udara ini”, katanya.

Tahap selanjutnya diadakan praktik di lapangan. Beberapa jet tempur lepas landas dari lokasi terdekat dan memasuki jangkauan sistem pertahanan udara tersebut.

Calon operator akan berlatih menangani jet tempur ini di komputer. Lantas, jet tempur akan menjatuhkan rudal ke target mereka dan memindahkan mereka di sepanjang jalur penerbangan sehingga S-300 tak bisa menembaknya untuk meningkatkan kesulitan.

“Itu semua terlaksana dalam tiga tahap: detektor radar dan mencari lawan, memperkirakan jalur target dan meluncurkan rudal guna menjatuhkannya”, kata Dmitri Safonov.

Namun, menurut informasi yang terungkap, hingga saat ini, belum ada pasukan tempur Suriah yang terlatih dengan baik. Ini karena kesepakatan S-300 Rusia-Suriah dibekukan bertahun-tahun yang lalu, sehingga pelatihan belum dilakukan. Inilah alasan mengapa Rusia tidak akan bisa menyerahkan operasional S-300 kepada Suriah.

Share:

Penulis: