JakartaGreater.com – Israel diberitakan telah pengalaman menghadapi sistem rudal S-300 Rusia. Tentu saja, komponen S-300 yang ditugaskan Rusia ke Suriah berbeda dengan S-300 yang digunakan oleh Israel dalam latihan, seperti dilansir dari laman The Drive.
Rusia telah menyetujui untuk menyediakan sistem rudal pertahanan udara jarak jauh S-300 kepada Suriah, perkembangan paling menonjol di Timur Tengah beberapa hari terakhir.
Adapun versi S-300, yang akan disuplai Rusia kepada sekutu-sekutunya, saat ini tidak dipublikasikan, sebagian besar prediksi menunjukkan bahwa itu adalah versi domestik S-300PM Favorit atau S-300VM Antey-2500 yang diambil oleh Rusia dari cadangan atau dari unit tempur mereka sendiri.
Dengan jangkauan maksimum hingga 250 km ketika ini menggunakan rudal pencegat jarak jauh 9M82M atau 48N6E3, S-300 akan memiliki kemampuan teknis yang sama dengan S-400 Rusia, dan yang lebih berbahaya dari itu adalah bahwa S-300 Suriah ini terhubung dengan jaringan pertahanan udara milik Rusia.
Reaksi Israel dalam beberapa hari terakhir tampak sangat terdesak, selain saling tukar diplomasi yang bertujuan menghentikan rencana Rusia untuk menyerahkan S-300 ke Suriah, mereka juga telah bersiap untuk yang terburuk.
Angkatan Udara Israel telah menyatakan bahwa tak ada yang dapat mencegah mereka dari pemboman target lebih lanjut di wilayah Suriah, bahwa mereka sadar akan fitur taktis S-300 dan yakin mampu menghancurkannya dalam masa pengiriman.
Peringatan Israel tidak dapat diabaikan, karena kekuatan bukanlah satu-satunya yang dapat berbicara, dan jika mereka bermaksud menyerang, pasti jet tempur Israel akan siap segera setelah pasukan Rusia menarik diri sesudah menyerahkan kendali S-300 kepada tentara Suriah.
Israel sangat percaya diri karena telah berpengalaman menghadapi sistem S-300 lewat latihan Red Flag di Amerika Serikat, ketika armada jet tempur Israel terus melakukan serangan dan invasi ke dalam zona perlindungan S-300 (simulasi).
Harus diingat bahwa AS saat ini memiliki sistem S-300P yang dibeli AS dari Belarusia pada tahun 1994 dan S-300V dari Rusia pasca pecahnya Uni-Soviet. Semua ini masih sangat berguna, terutama ketika Amerika Serikat mengganti sejumlah komponen yang ada dengan membeli lebih banyak dari Ukraina dan Kroasia.
Selain praktik langsung dengan sistem S-300 AS, pihak Israel juga diyakini memiliki kode sumber alias “source code” khusus varian ekspor dari sistem rudal S-300PMU-2 ketika bertukar dengan Rusia untuk teknologi pembuatan wahana udara tanpa awak. Hal ini menyebabkan tidak berkutiknya sistem S-300 Iran pada Februari tahun ini.
Tentu saja, source code S-300 yang diberikan Rusia kepada Suriah berbeda dari S-300 yang digunakan Israel selama latihan, namun tidak akan terlalu banyak beda sehingga Angkatan Udara Israel menganggap telah berpengalaman berkonfrontasi melawan S-300 secara langsung, walaupun kapasitas operator sangat penting.