JakartaGreater.com – Pejabat militer AS, Kolonel Ryan Dillon mengatakan bahwa CJTF-OIR tidak tahu berapa banyak S-300 yang tersedia. Termasuk pengerahan S-300 Rusia untuk Suriah, serta berapa jumlah pasukan Rusia atau Suriah yang mengoperasikan sistem rudal tersebut, seperti dilansir dari laman Bao Dat Viet.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sebelumnya mengatakan bahwa Moskow telah menyelesaikan pengiriman sistem rudal S-300 baru ke Suriah pada hari Rabu, termasuk 49 peralatan canggih seperti radar, sistem pengawasan target, pos komando dan sistem peluncur rudal. Suriah akan siap untuk menggunakannya dalam 3 bulan.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, senjata-senjata itu dikirim untuk meningkatkan keamanan pasukan Rusia di Suriah setelah pesawat Il-20 Israel ditembak jatuh di Suriah, yang dituduh Moskow bahwa Israel menggunakan pesawat Rusia sebagai tameng atas sistem pertahanan udara Suriah.
Dua hari setelah sistem rudal pertahanan udara S-300 kandikirim ke Suriah, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin mengatakan bila langkah itu akan memastikan tingkat baru atas pertahanan udara Suriah.
Berikutnya adalah langkah lain yang diumumkan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu secara terbuka dan ini pasti akan mengubah situasi di lapangan. Wakil Menlu Rusia juga menekankan bahwa sistem rudal S-300 tersebut adalah untuk pertahanan.
Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya mengatakan bahwa tindakan Moskow akan membawa stabilitas disana dan bukan membuat situasi tegang.
Dengan demikian, S-300 akan membantu tentara Suriah menutup wilayah udaranya saat diperlukan. S-300 digunakan untuk tujuan pertahanan diri, tetapi AS membantanya dan mengklaim bahwa S-300 akan membahayakan keamanan nasional AS.
Jenderal Joseph Votel, yang mengawasi pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah bahkan berkomentar: “Penempatan sistem rudal S-300 ini tampaknya merupakan upaya Moskow untuk menyembunyikan kegiatan melanggar hukum di Suriah. Sekali lagi menurut saya ini adalah eskalasi yang tidak perlu”.
Sementara itu, Walid Muallem, Menteri Luar Negeri Suriah, mengatakan bahwa dengan penyebaran S-300 di Suriah akan memiliki dampak positif pada situasi di Timur Tengah.
“Tidak hanya Suriah lebih aman dengan pengiriman sistem pertahanan udara S-300, tetapi penyebaran senjata defensif tersebut akan membantu situasi yang lebih stabil dan aman di Timur Tengah”, katanya.
Ancaman Serta Kemampuan
Amerika Serikat tampaknya tidak akan pernah secara terang-terangan menyerang S-300 langsung di Suriah, tetapi terus “meminjam” sekutu Israel dan para ahli untuk membahas masalah tersebut.
Angkatan Udara Israel (IAF) semakin bergantung pada jet tempur siluman F-35 agar bisa melanjutkan serangan udara ke wilayah Suriah, setelah kapasitas pertahanan udara Suriah didukung oleh sistem pertahanan rudal S-300 modern dari Rusia.
Menurut Galei Tzahal, kemampuan Tel Aviv untuk dapat secara bebas menyerang ‘target Iran’ di mana saja baik diwilayah dan diluar Suriah telah sangat tertekan setelah Moskow menyerahkan sistem S-300 ke Damaskus.