JakartaGreater.com – Kroasia membantah bahwa pembelian jet tempur F-16 seharga setengah milliar dolar bekas Angkatan Udara Israel telah memicu sedikit kontroversi, tutur para pejabat Kroasia yang mengklaim bahwa telah mendapat lampu hijau pada kesepakatan itu, meski para pejabat AS mengatakan yang sebaliknya.
“Pemerintah AS telah memberikan izin Israel untuk menawarkan F-16 bekasnya kepada Kroasia, dan kami memiliki dokumen untuk itu”, kata Menteri Pertahanan Kroasia Damir Krsticevic pada hari Jumat, seperti dilansir dari laman Total Croatia News.
Kroasia sebelumnya telah meminta penawaran untuk jet tempur dari Korea Selatan, Yunani, Swedia dan juga Amerika Serikat. Di bulan Maret 2018, pemerintah Kroasia mengumumkan perjanjian dengan Israel untuk membeli sejumlah F-16 seharga $ 485 juta.
Menteri Pertahanan Kroasia Damir Krsticevic menyebut bahwa Israel akan berusaha melakukan pengiriman pesawat ke Kroasia yang kompatibel dengan “standar” NATO dan memastikan perpanjangan masa pakai pesawat sesuai dengan kriteria pabrikan aslinya meskipun itu telah menggunakan teknologi Israel.
Pengiriman juga merupakan tanggung jawab Israel. Berdasarkan dokumen-dokumen tender, kami membuat keputusan untuk membeli jet tempur multiperan F-16 itu dan prosesnya legal serta transparan, lanjut sang menteri pertahanan.
Salah satu poin yang mencuat adalah ketika Lockheed Martin yang bermarkas di AS yang memproduksi jet tempur F-16 yang dibeli Israel. Washington dan Israel ternyata memiliki perjanjian yang mengatakan bahwa Washington harus menyetujui transfer pesawat kepada pihak ketiga.
“Israel harus menerima persyaratan teknis dan segera setelah itu selesai, kami bisa bergerak maju dan penjualan tersebut dapat dilakukan”, kata Duta Besar AS untuk Kroasia Robert Kohorst pada 8 Desember.
Pertanyaan persyaratan teknis hanya dapat direkonsiliasi setelah Israel membongkar sistem elektronik canggih dari pesawat, yang merupakan sistem senjata khusus yang dirancang oleh AS hanya untuk Israel.
“AS secara konsisten mengatakan persyaratan teknis untuk dua tahun ke depan dan semua orang harus tahu bahwa ini adalah persyaratan teknis, dan itu sedikit mengejutkan bagi saya bahwa ada perlambatan saat ini”, kata Kohorst pada 8 Desember di Zagreb.
Menurut diplomat AS tersebut, perdebatan berpusat pada siapa yang akan membayar konversi, karena AS dan Lockheed Martin yang harus melakukan pekerjaan, karena merekalah yang memiliki teknologi dan kekayaan intelektualnya, bukan Israel.
“Saya tidak terlibat dalam negosiasi, dan saya tidak berpikir Israel dan Kroasia punya pilihan, karena ini adalah kekayaan intelektual Lockheed Martin, dan mereka perlu mendapatkan persetujuan Lockheed Martin untuk melakukan transfer”, kata Duta Besar itu.
Menteri Pertahanan Kroasia pada 9 Desember lalu mengatakan bahwa Zagreb tidak akan membayar biaya tambahan untuk 12 jet tempur tersebut.
“Sejauh yang berhubungan dengan Kroasia, tidak ada biaya tambahan”, kata Krsticevic kepada wartawan pada hari Minggu.
Duta Besar Israel untuk Kroasia Zina Kalay Kleitman menyerukan kesabaran sambil mengatakan bahwa dia berharap dapat menjawab pertanyaan mengenai persyaratan teknis tersebut pada akhir bulan ini.
Langkah Israel untuk menjual F-16 upgrade membuat marah pemerintahan Trump, menurut Channel 10 pada tanggal 6 Desember. Karena AS dan Israel bersaing untuk kontrak yang sama, dan pejabat AS menuduh Israel bermain curang dan mengambil keuntungan dari penjualan F-16 tersebut.
Perselisihan antara Israel dan AS itu akan menjadi jeda langka dari hubungan yang nyaman yang telah dipertahankan kedua negara selama dua tahun pertama masa jabatan Presiden AS Donald Trump.