JakartaGreater.com – Korps Marinir AS (USMC) akhirnya dapat mengadopsi senapan runduk (sniper) baru bila beruntung. Pejabat Angkatan Darat AS (US Army) berkata bahwa mereka terus mengembangkan senapan runduk barunya sendiri. Marinir dan Angkatan Udara “berkomitmen” untuk membeli senjata baru ini, setelah Angkatan Darat menandatangani sistem yang telah diperbaiki itu, seperti dilansir dari laman Task and Purpose.
Meskipun gejolak anggaran saat ini terus meningkat diantara para pembuat undang-undang dan perencana Departemen Pertahanan, Angkatan Darat AS bergerak maju pada Compact Semi-Automatic Sniper System (CSASS), kata juru bicara PEO Soldier Debi Dawson. Ia menambahkan bahwa semua persyaratan kinerja dan kemampuan sniper masih berlaku.
Program CSASS sendiri dimulai sejak tahun 2015 untuk menggantikan sistem Semi-Automatic Sniper M110. Pada bulan Agustus 2016, Heckler & Koch telah mengakhiri pencarian US Army, mereka memenangkan kontrak senilai $ 44,5 juta untuk versi ringan dari senapan runduk G28E 7,62 mm dengan peredam baffle-less OSS.
Program CSASS tetap bertahan meskipun ada pembatalan yang selalu hadir. Musim gugur yang lalu, US Army membatalkan program Senapan Serbu Sementara (ICSR) 7.62 mm, hanya sebulan setelah permohonan pertama sebagai akibat kurangnya dan ketidakpastian anggaran saat Kongres mendanai DoD dengan tambal sulam resolusi yang berkelanjutan, menurut majalah National Interest.
Penerapan CSASS oleh USMC sendiri akan menjadi sebuah kudeta besar bagi layanan tersebut. Marinir telah berjuang untuk segera mengadopsi penggantian yang sangat dibutuhkan bagi senapan runduk M110 dan M40A5, varian terbaru dari era Vietnam yang dikirim ke Marinir AS selama invasi Irak 2003. Penundaan layanan dilaporkan telah memicu frustrasi di antara para penembak jitu yang mengeluhkan terbatasnya jangkauan senapan dan amunisi kaliber ringan mereka.
Tidak jelas apakah dengan mengadopsi CSASS akan benar-benar menghilangkan rasa frustrasi para penembak jitu Korps Marinir. Penembak jitu US Navy menggunakan M40A5 dengan akurat pada jarak hingga 1.000 meter, menurut Military.com. Sedang senapan runduk HK G28 yang dipilih untuk CSASS akurasinya hanya 600 meter.
Seandainya Korps akhirnya mengadopsi CSASS, “tidak jelas dimana tepatnya” sistem penembak jitu ini akan cocok dengan persenjataan peleton. Digital gun encyclopedia Modern Firearms menunjukkan bahwa CSASS paling baik digunakan sebagai senjata pendukung personel selama patroli jalan kaki.
“Tapi baru-baru ini Korps Marinir sedang menguji varian M27 Infantri Automatic Rifle yang sangat digemari untuk penggunaan potensial pada peran penembak jitu yang ditunjuk, walau CSASS memiliki tambahan 50 hingga 100 meter dalam jangkauan versi IAR”, kata Dawson.
Semua ini dapat diperdebatkan jika Angkatan Darat entah bagaimana membatalkan akuisisi CSASS. Meskipun pada September lalu Dawson menyatakan bahwa CSASS tidak menemui hambatan – anggaran atau politik – namun hingga kini USMC belum mengidentifikasi pendanaan produksi untuk CSASS.
Apakah Marinir dan Angkatan Udara benar-benar mendapatkan senjata mereka pada sistem penembak jitu baru itu bergantung sepenuhnya kepada Angkatan Darat AS. Dan pada gilirannya, apakah kerjasama anggota parlemen AS cukup untuk memberi pasukan AS menurunkan alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugasnya?.