JakartaGreater.com – Rudal jelajah 9M729 milik militer Rusia dilaporkan telah dikerahkan ke teater Eropa dalam jumlah yang cukup besar, sebuah perkembangan yang telah dipenuhi dengan banyak kekhawatiran oleh sejumlah angkatan bersenjata Barat, menurut laporan dair majalah Military Watch.
Kemampuan platform tersebut tetap menjadi misteri dan oleh karenanya menjadi penyebab banyak spekulasi. 9M729 dikembangkan untuk dikerahkan dari platform senjata Iskander-K, varian sistem Iskander yang dikembangkan untuk meluncurkan rudal jelajah dan ini dikenal sebagai Iskander-M yang mampu menyebarkan amunisi balistik.
Iskander secara berangsur-angsur datang untuk menggantikan rudal balistik taktis berbasis darat Rusia yang diwarisi dari Uni Soviet, terutama jajaran rudal balistik Scud-B dan OTR-21 Tochka, yang sejak itu telah dihapus dari layanan demi platform yang lebih baru.
Sementara Iskander-M telah lama dipuji sebagai ancaman terbesar bagi aset Barat dalam hal potensi perang dan itu telah dikerahkan ke Semenanjung Krimea dalam jumlah yang makin banyak seiring ketegangan yang meningkat di sana. Iskander-K ini muncul sebagai ancaman utama di mata kepemimpinan militer NATO mengingat kemampuannya yang canggih, yaitu kemampuan dari 9M729 berdasarkan spekulasi mereka sendiri.
Berdasarkan spekulasi dari situs Federation of American Scientists (Federasi Ilmuwan AS) bahwa 9M729 menjadi varian berbasis darat dari rudal jelajah Kalibr Angkatan Laut Rusia, yang tergantung pada variannya ini memiliki rentang 300 km dan kecepatan di atas Mach 2.5 atau rentang lebih dari 2000 km dan kecepatan subsonik.
Menilik pernyataan Rusia pada nilai nominal bahwa rudal berbasis darat tidak melanggar Perjanjian Intermediate Nuclear Force (INF) yang melarang penyebaran rudal taktis dengan rentang lebih dari 500 km, 9M729 ini kemungkinan memiliki kemampuan yang menyerupai varian Kalibr jarak pendek.
Ini memberikan rudal kecepatan supersonik serta kemampuan “manuver” yang tinggi yang mampu menembus pertahanan udara musuh, dan ditambah lagi tingkat presisi yang tinggi memungkinkannya untuk menyerang target dengan akurasi 3 meter dan punya hulu ledak seberat 500 kg. Rudal ini juga diduga dapat mengerahkan hulu ledak nuklir dan ini sebagai kendaraan pengiriman yang menurut para ahli Barat ideal untuk serangan nuklir taktis dan penetrasi ke benteng musuh.
Sebuah teori alternatif mengenai 9M729 adalah bahwa ini berupa varian berbasis darat dari rudal jelajah Kh-101/102 yang diluncurkan pada tahun 2012 yang lalu dan telah merevolusi kemampuan tempur armada pembom Rusia.
Rudal Kh-101 telah dikerahkan secara ekstensif oleh pesawat pengebom berat Tu-160 “White Swan” Rusia terhadap target ISIS di teater Suriah sejak tahun 2015. Rudal jelajah Kh-101 ini diyakini mampu mempertahankan jangkauan hingga 5.000 km dan memiliki profil siluman tingkat lanjut yang memungkinkan mereka untuk lebih baik menghindari pertahanan udara musuh.
Kemampuan stealth adalah kunci untuk mengkompensasi kecepatan subsonik rudal, yang membuat mereka jauh lebih mudah untuk dicegat tapi dengan kompensasi memberikan peningkatan yang cukup besar untuk kemampuan bertahan hidupnya.
Jangkauan Kh-101/102 memungkinkannya menyerang target sebagian Amerika Serikat atau Afrika ketika dikerahkan dari pangkalan militer Rusia dan seharusnya 9M729 juga mewakili varian berbasis lahan yang lebih pendek dari sistem tersebut bisa dengan enak menjangkau seluruh teater Eropa dari dalam wilayah Rusia dengan muatan yang lebih berat.
Spekulasi lain adalah sebuah varian berbasis darat dari Kh-102, turunan dari Kh-101 dengan nuklir daripada hulu ledak konvensional, juga berpotensi dikerahkan dari Iskander-K. Yang mana amunisi jarak jauh seperti itu, jika disebarkan dari sistem senjata Iskander, tentunya akan melanggar perjanjian INF.
Menurut Rusia, persenjataan yang melanggar perjanjian INF tersebut belum dikembangkan tetapi seandainya Amerika Serikat menarik diri dari traktat itu maka Rusia dapat dengan segera menyebarkan dan diekspor ke klien pertahanan Rusia di luar negeri.