JakartaGreater.com – Modernisasi tank terakhir ditingkatkan pada tahun 1985, dimana tank telah memungkinkan untuk dipersenjatai dengan amunisi anti-tank berenergi kinetik yang terbuat dari uranium yang telah habis – depleted uranium atau du – yang ternyata ini dapat meningkatkan kepadatan material amunisi, membuatnya lebih efektif menembus perisai lapis baja, seperti dilansir dari laman Sputnik pada hari Kamis.
Kementerian Pertahanan Rusia telah mempublikasikan spesifikasi untuk model terbaru tank T-80 Rusia, disebut T-80BVM yang dikembangkan pada tahun 2017. Ternyata tank tersebut telah menerima auto-loader baru, memungkinkannya menggunakan amunisi anti-tank baru Svinets-1 dan Svinets-2 kaliber 740 mm. Meskipun sedikit yang diketahui tentang amunisi ini, laporan menunjukkan bahwa salah satunya terbuat dari baja padu berbasis DU.
Uranium yang telah habis umumnya digunakan pada peluru penembus anti-tank berenergi kinetik untuk membuat mereka lebih kuat dan memberi mereka lebih banyak kemampuan menusuk perisai karena peningkatan kepadatan material.
Amunisi tersebut tidak dilarang oleh konvensi internasional dan penggunaannya dianggap relatif tidak berbahaya karena emisi radioaktif dari amunisi jenis itu sangat minim sebab waktu paruh uranium telah sangat berkurang.
T-80BVM adalah modifikasi terbaru dari tank tempur utama T-80 generasi ketiga, ini telah dikembangkan pada tahun 1976. Versi tank tempur Rusia ini dilengkapi explosive reactive armour (ERA) “Relikt”, peningkatan gunner sight Sosna-U yang juga digunakan pada T-90 dan upgrade ke berbagai sistem, termasuk mesin.